Semarang, Jawa tengah [DESA MERDEKA] – Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Prakarya Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kabupaten Semarang menunjukkan komitmen kuat dalam meningkatkan kualitas pendidikan dengan menggelar workshop “Pembelajaran Mendalam” dan sekaligus meluncurkan Buku Antologi Berbagi Praktik Baik pada hari ini. Kegiatan yang berlangsung pada hari Rabu, 28 Oktober 2025 di aula SMP Negeri 4 Ambarawa ini, dihadiri oleh guru-guru prakarya dari lebih dari 100 SMP, baik negeri maupun swasta se-Kabupaten Semarang ini bertujuan untuk melahirkan guru yang kreatif, inovatif, dan efektif dalam mengajar.
MGMP Prakarya Kabupaten Semarang, yang berdiri sejak 2004 dan berevolusi dari MGMP Tata Busana, terus berupaya membuat mata pelajaran ini relevan dan menyenangkan. Prakarya sendiri mencakup empat aspek utama: Pengolahan, Kerajinan, Budidaya, dan Rekayasa. Dalam praktik pembelajaran, fokus ditekankan pada Kerajinan dan Pengolahan, meskipun aspek Budidaya juga tetap diterapkan.

Pembelajaran Berjenjang dan Kearifan Lokal
Ketua MGMP Prakarya Kabupaten Semarang menjelaskan bahwa materi pembelajaran dirancang secara berjenjang. Siswa kelas 7 memulai dengan bahan lunak, dilanjutkan dengan pengolahan limbah organik dan anorganik di kelas 8. Sementara itu, siswa kelas 9 fokus pada tekstil, khususnya seni membatik.
“Batik kita angkat karena ini warisan budaya Indonesia yang diakui UNESCO. Di kelas 9, siswa belajar berbagai teknik batik, termasuk shibori, ikat celup, hingga batik cap,” ujarnya.
Lebih lanjut, guru-guru MGMP didorong untuk mengaitkan materi dengan kearifan lokal di lingkungan sekolah masing-masing. Contohnya:
- SMP Negeri 1 Banyubiru: Membuat kerajinan dari eceng gondok.
- SMP Negeri 6 Ungaran: Mengintegrasikan pembelajaran dengan desa wisata setempat (kearifan lokal).
- SMP Negeri 3 Pabelan: Mengolah telur bebek menjadi telur asin, memanfaatkan potensi peternakan.
- SMP Negeri 2 Ambarawa: Mempraktikkan pembuatan serabi, jajanan lokal yang ikonik.
Pendekatan “Pembelajaran Mendalam”
Workshop kali ini fokus pada implementasi Pembelajaran Mendalam, sebuah pendekatan pendidikan dari Kementerian Pendidikan yang bertujuan menciptakan pengalaman belajar yang bermakna, berkesadaran, dan menggembirakan. Pendekatan ini menekankan pada praktik dan pengalaman, bukan sekadar teori.
Salah satu implementasi inovatif yang dibagikan adalah Kemitraan Pembelajaran (Co-Teaching). Seorang guru prakarya di kelas 8, misalnya, mengajak guru Bahasa Indonesia untuk mengajarkan cara membuat teks prosedur resep, dan guru Matematika untuk menjelaskan konsep perbandingan dalam menghitung takaran resep makanan berbahan serealia dan umbi.
Selain itu, guru dituntut kreatif memanfaatkan media pembelajaran yang ada, terutama yang menarik bagi generasi muda saat ini, seperti penggunaan aplikasi digital atau unsur game dalam proses belajar untuk menghindari kejenuhan.
Harapan Besar untuk Mata Pelajaran Prakarya
Dalam sesi penutup, terungkap harapan besar guru-guru prakarya kepada pemerintah terkait status mata pelajaran ini. Saat ini, Prakarya masih menjadi mata pelajaran pilihan bersama Seni Budaya, sehingga guru-guru harus berbagi jam mengajar dengan guru seni rupa, musik, dan tari.
“Kami sangat berharap regulasi diubah. Kami rindu untuk berdiri sendiri sebagai mata pelajaran penuh, agar kami memiliki jam mengajar penuh dan tidak terbebani kekhawatiran terkait sertifikasi guru,” ungkap salah satu perwakilan guru.
Namun, di tengah segala tantangan tersebut, semangat para guru tetap membara. Peluncuran buku antologi dan workshop ini diharapkan menjadi pemicu bagi seluruh guru dan siswa untuk terus berpegang pada semboyan mereka: Kreatif, Inovatif, Berkarya, Pasti Bisa! Guru-guru berkomitmen untuk memfasilitasi siswa agar kelak menjadi individu yang mandiri, berdaya guna, dan bernilai di masyarakat melalui keterampilan yang didapatkan dari pelajaran prakarya.




















Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.