Menu

Mode Gelap
Dari Hoaks ke Harapan: Catatan Dua Hari Bimtek Literasi Informasi di Pekalongan PPID Desa Jadi Kunci Transparansi di Lombok Tengah Sumatera Barat Siap Jadi Green Province 2026, Targetkan Investasi Hijau Rp120 Triliun Peternakan Ayam Diduga Tanpa Izin Resahkan Warga Bekasi Mengubah Citra Petani, Memajukan Ekonomi Sumbar

LINGKUNGAN · 16 Sep 2025 06:17 WIB ·

Ubah Limbah Jadi Rupiah, UMKM Semarang Tembus Pasar Dunia


					Ubah Limbah Jadi Rupiah, UMKM Semarang Tembus Pasar Dunia Perbesar

Semarang, Jawa Tengah [DESA MERDEKA] Di balik sebuah ruangan kecil di Kabupaten Semarang, tersimpan kisah inspiratif tentang kreativitas yang mengubah limbah menjadi karya bernilai tinggi. Adalah Kokosri Sada, seorang pelaku UMKM yang akrab disapa Kokos Edan, yang membuktikan bahwa inovasi bisa lahir dari kesederhanaan. Dengan mengusung filosofi “EDAN” — Etnik, Different, Authentic, Natural — ia berhasil menembus pasar internasional dengan produk kerajinan tangan dari bahan-bahan lokal yang melimpah.

“Filosofi EDAN ini menjadi panduan saya dalam berkarya. Etnik, karena produknya unik dan berbeda. Different, karena saya selalu menciptakan produk yang tak pasaran. Authentic, sebab semuanya saya kerjakan sendiri, mulai dari desain hingga produksi. Natural, karena saya memanfaatkan bahan-bahan alam,” jelas Kokos.

Produk utama yang ia hasilkan adalah sandal etnik yang kini laris di pasar global. Selama dua tahun terakhir, ia fokus mengembangkan sandal yang 80-90% penjualannya diekspor ke luar negeri. Selain sandal, Kokos juga mulai merambah kerajinan dari tempurung kelapa. Berawal dari limbah tempurung yang melimpah di pasar tradisional, ia mengubahnya menjadi berbagai aksesori, seperti kalung dan gantungan kunci, serta produk dekorasi.

“Hanya dalam dua bulan, produk tempurung kelapa ini sudah terjual ke tujuh negara, termasuk Australia, Amerika, Samoa, Taiwan, Tiongkok, India, dan Korea,” ungkapnya.

Keunikan lain dari karya Kokos adalah pemanfaatan enceng gondok, gulma yang identik dengan Rawa Pening. Ia menjadikan eceng gondok sebagai elemen ikonik dalam setiap produknya, mulai dari sandal hingga dekorasi, menjadikannya sebuah ciri khas dari Kabupaten Semarang. Ia juga menambahkan benang dari karung goni bekas, menunjukkan kreativitas dalam memanfaatkan setiap bahan yang ada.

Yang paling menarik, semua karya ini dihasilkan hanya dengan peralatan sederhana: jarum kasur, gunting, dan cutter. Kokos ingin membuktikan bahwa modal bukanlah halangan utama untuk memulai usaha. “Hanya dengan menyisihkan uang jajan, anak muda bisa menjadi pelaku usaha kreatif,” tegasnya.

Kokos juga membuka pintu kolaborasi bagi anak muda di Semarang. Ia tidak hanya bersedia mengedukasi cara membuat produk, tetapi juga mendampingi mereka hingga mampu memasarkan karyanya. Dengan pendekatan ini, ia berharap bisa menumbuhkan semangat wirausaha di kalangan milenial dan Gen Z, menciptakan lapangan kerja, dan menggerakkan ekonomi lokal dari hal-hal yang tak terduga.

Follow WhatsApp Channel Desamerdeka.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow
Artikel ini telah dibaca 27 kali

badge-check

Jurnalis

Tinggalkan Balasan

Baca Lainnya

Kepala Desa Kritik Keras: Dana CSR Benteng Gelap Tanpa Forum

28 Oktober 2025 - 12:57 WIB

Simalungun Tanggap Bencana: Pemkab Pangkas Pohon Rawan Tumbang

22 Oktober 2025 - 15:49 WIB

Bupati Simalungun Tolak Keras Konversi Kebun Teh PTPN IV : “Bukan Hanya Aset Ekonomi, Tapi Jati Diri Daerah!”

3 Oktober 2025 - 10:48 WIB

Atasi Bencana, Sumbar Fokus Konservasi DAS dan Mangrove

26 September 2025 - 06:12 WIB

Sumbar Berkomitmen Berantas Tambang Ilegal dan Bentuk WPR

12 September 2025 - 11:03 WIB

Perhutanan Sosial Sumbar, Bukti Kekuatan Ekonomi Kearifan Lokal

26 Agustus 2025 - 14:27 WIB

Trending di LINGKUNGAN