Deiyai [DESA MERDEKA] – Wagete, sebagai ibu kota Kabupaten Deiyai, berfungsi sebagai pusat pembelanjaan, pendidikan, dan perkantoran. Setiap hari, masyarakat yang tinggal di sekitar Danau Tigi dan Tigi Timur berbondong-bondong menuju pusat kota. Para Aparatur Sipil Negara (ASN) berangkat ke kantor, siswa menuju sekolah, dan masyarakat berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar. Aktivitas ini berlangsung hampir setiap hari.
Sarana transportasi menjadi sangat penting bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Misalnya, sayur-mayur yang merupakan kebutuhan pokok, membuat masyarakat harus mengunjungi pasar. Ketersediaan sarana transportasi mempermudah akses terhadap kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Dengan adanya transportasi yang baik, seluruh aspek kehidupan masyarakat dapat berjalan dengan lancar.
Di daerah otonomi baru seperti Kabupaten Deiyai, akses transportasi dalam kota masih dalam tahap pengembangan. Meskipun demikian, pasar tetap terpusat di Wagete. Mayoritas masyarakat tidak memiliki kendaraan bermotor, sehingga mereka sangat membutuhkan jasa transportasi untuk berbelanja atau keperluan lainnya. Melihat kondisi ini, banyak anak muda mulai merintis usaha jasa transportasi roda dua.
Untuk memulai usaha jasa transportasi, modal yang dibutuhkan minimal sekitar Rp5 juta. Bagi yang ingin bergerak cepat, disarankan untuk membeli motor bekas yang masih dalam kondisi baik. Setelah memiliki motor yang layak, para pengusaha ojek dapat memulai usaha mereka dengan cara parkir di titik pangkalan yang strategis. Hari-hari pasar, seperti Senin, Rabu, dan Jumat, menjadi waktu yang paling menguntungkan untuk mendapatkan penumpang.
Menurut seorang tukang ojek berinisial J.E, pendapatan harian dari usaha ojek di daerah Tigi sangat menjanjikan. “Setiap hari, saya bisa mendapatkan antara Rp200.000 hingga Rp500.000, bahkan lebih,” ungkapnya. Ia juga menambahkan bahwa banyak anak muda yang lebih memilih membeli motor baru tanpa memanfaatkan kesempatan untuk berjualan ojek, yang seharusnya bisa membantu mereka mengembalikan modal.
Sementara itu, pemuda lain berinisial N.D mengungkapkan bahwa ia fokus pada usaha ojek untuk mengumpulkan dana membeli mobil. Dalam waktu lima bulan, ia berhasil mengumpulkan lebih dari Rp50 juta. “Jika serius, dalam sepuluh bulan saya bisa mengumpulkan Rp100 juta atau lebih,” ujarnya.
Namun, masih banyak anak muda yang memandang rendah pekerjaan sebagai tukang ojek. Mereka seringkali hanya menjadikannya sebagai pekerjaan sampingan. Padahal, menjadi tukang ojek adalah usaha yang menjanjikan dengan potensi pendapatan yang besar. Dengan target dan tujuan yang jelas, para pengusaha ojek dapat mencapai impian mereka.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.