Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah [DESA MERDEKA] – SMP Negeri 4 Ambarawa, atau yang populer dijuluki Negeri 4 Ambarawa (Geripatwa), kembali menunjukkan identitasnya sebagai sekolah yang unggul dalam kreativitas dan pelestarian budaya. Dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional 2025, sekolah tersebut menggelar serangkaian acara yang berpusat pada kearifan lokal, yaitu Batik Patron Ambarawa.
Kepala SMP Negeri 4 Ambarawa, M.A. Utami Ika Puteranti—yang akrab disapa Maria Utami—menjelaskan, kegiatan yang digelar tidak sekadar seremonial rutin. Ada empat agenda utama, mulai dari Apel Hari Batik, Lomba Fashion Show menggunakan kain batik patron hasil karya siswa, Lomba Desain Batik, hingga Lomba membuat flyer peringatan menggunakan aplikasi Canva.

“Yang dimaksud fashion show di sini memakai kain batik patron karya siswa. Dibuat fashion show setiap kelas dua anak dengan kreasinya,” terang Maria Utami.
Kain batik yang dipamerkan dalam fashion show tersebut adalah produk langsung dari kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) sebelumnya yang mengangkat tema kearifan lokal. Dengan pendampingan guru, siswa-siswi berproses membatik secara handmade. Proses ini penting agar siswa memahami perbedaan antara batik printing dan batik tulis atau handmade, sekaligus menanamkan rasa kepemilikan terhadap warisan budaya.
Mengangkat Branding Batik Patron Ambarawa
Maria Utami mengungkapkan bahwa kebijakan sekolahnya untuk berfokus pada batik patron adalah bagian dari misi besar untuk menciptakan branding sekolah. Ketika sekolah tidak bisa menonjol di semua bidang akademis, maka perlu mencari celah lain yang dapat mengangkat nama baik sekolah, salah satunya melalui pelestarian budaya.
Batik Patron Ambarawa memiliki nilai historis yang tinggi. Menurut Maria Utami, batik ini berasal dari tahun 1857 di Ambarawa, dengan motif-motif yang sempat dibawa ke Leiden, Belanda, dan kini berhasil dikembalikan ke Indonesia—diperkirakan sebanyak 86 hingga 87 motif.

“Motif-motif ini sudah bisa kembali ke Indonesia. Untuk apa? Kalau kita tidak mengangkat lagi, sebagai warisan leluhur itu harus diangkat lagi,” tegasnya. Oleh karena itu, Geripatwa berupaya menjadikan batik patron sebagai aset kebudayaan yang bernilai sejarah dan patut dibanggakan oleh Ambarawa.
Keberhasilan dalam membangun visi budaya ini, yang disebutnya sebagai “Harmoni Budaya Geripatwa”, juga mengantarkan Maria Utami meraih Juara Dua Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat Provinsi 2025. Prestasi ini, kata Maria, didapat berkat kesamaan visi dan musyawarah mufakat yang berhasil diselaraskan antara guru, siswa, wali murid, dan komite sekolah.
Sebagai penutup, Maria Utami berharap agar para siswa menjadikan setiap sudut sekolah sebagai ruang belajar. Sementara bagi guru dan perangkat sekolah, tempat kerja haruslah menjadi “ladang amal” yang memberikan manfaat nyata.





















Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.