Malaka [DESA MERDEKA] – Warga Dusun Kobadiin, Desa Naimana, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka, kini berada dalam kondisi memprihatinkan akibat gagal panen yang berulang kali melanda perkebunan mereka. Bencana banjir yang tak kunjung surut menjadi penyebab utama kerugian besar bagi para petani di wilayah ini.
Nikolas Nahak (63), salah seorang petani setempat, mengungkapkan keputusasaannya di kediamannya. “Tahun 2025 ini, kami sudah mengalami gagal panen pada musim pertama. Kini, kami hanya bisa berharap pada musim kedua. Namun, jika musim kedua kembali gagal, kami harus menunggu musim tanam berikutnya lagi,” ujarnya dengan nada lesu.
Lebih lanjut, Nikolas menjelaskan bahwa satu hektar kebun miliknya telah tiga kali mengalami gagal panen akibat terjangan banjir. “Setelah banjir surut, kami mencoba menanam kembali, namun hasilnya tetap sama, gagal lagi. Bahkan, tanaman ketiga pun bernasib serupa. Beberapa tanaman yang saat ini tumbuh pun kondisinya sangat memprihatinkan,” lanjutnya.
Intensitas curah hujan yang sangat tinggi pada tahun ini memperparah kondisi perkebunan warga. Nikolas menuturkan bahwa seluruh tanaman jagung yang ditanam, baik di area luar maupun di dalam tanggul, mengalami kerusakan total. “Semua gagal, baik yang di sini maupun yang di seberang tanggul. Ini semua akibat curah hujan yang terlalu tinggi dan luapan banjir dari Sungai Benenain,” terangnya.
Nikolas juga menyoroti masalah drainase yang buruk di sekitar perkebunan warga yang berada di luar tanggul. Menurutnya, tidak adanya saluran air di pinggir jalan dan jembatan yang memadai untuk mengalirkan air banjir ke sisi jalan yang lain menjadi penyebab utama genangan air yang merusak tanaman.
“Kami sudah berulang kali mengusulkan pembangunan saluran air dan jembatan kepada Pemerintah Desa, Pemerintah Daerah, DPRD Kabupaten Malaka, bahkan hingga DPRD Provinsi. Usulan ini kami ajukan agar banjir akibat hujan tidak lagi menggenangi permukiman dan perkebunan warga, melainkan dapat langsung mengalir melalui saluran dan jembatan yang ada,” ungkap Nikolas.
Menjelang musim tanam kedua, para petani Dusun Kobadiin sangat membutuhkan bantuan bibit jagung dan kacang hijau. “Saat ini, kebutuhan mendesak kami untuk musim tanam kedua adalah bibit jagung dan kacang hijau. Untuk lahan seluas satu hektar, kami membutuhkan sekitar 20 kilogram bibit jagung,” kata Nikolas.
Terkait bantuan dari pemerintah pascabencana banjir yang mereka alami, Nikolas mengaku belum ada respons sama sekali. “Biasanya, hanya pemerintah desa yang turun melakukan survei saat banjir terjadi. Namun, tidak ada tindak lanjutnya. Sementara itu, dari pemerintah daerah hingga saat ini belum ada yang turun,” keluhnya.
Senada dengan Nikolas, Adriana Anika Loasana, warga Dusun Kobadiin lainnya, juga mengalami kerugian serupa. Satu hektar kebun jagung dan padinya rusak parah akibat banjir yang melanda sejak Desember 2024 hingga saat ini. “Semua tanaman mati saat itu. Sekarang kami sedang mencoba menanam lagi untuk musim kedua,” ucap Adriana.
Adriana menjelaskan bahwa kerusakan kebunnya bukan disebabkan oleh luapan Sungai Benenain, melainkan akibat curah hujan yang sangat tinggi. “Kebun kami rusak bukan karena luapan Sungai Benenain, tetapi karena curah hujan yang sangat tinggi sehingga menyebabkan tanaman kami mati,” pungkasnya.
Redaksi Desa Merdeka
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.