Kusubibi, Halmahera Selatan, [DESA MERDEKA] – Kawasan permukiman di RT 01 Desa Kusubibi terendam air laut pasang atau rob pada Rabu, 12 Maret 2025. Pasang air laut ini menyebabkan jalan setapak yang menghubungkan RT 01 dengan RT lain ikut tenggelam. Meskipun jalan setapak ini telah ditimbun pada tahun 2020, permukaan air laut saat pasang terus meningkat, melebihi permukaan jalan setapak. Mayoritas warga di RT 01 mengantisipasi potensi rob dengan membangun rumah di atas panggung.
Fenomena alam ini telah berlangsung lama. Pemerintah Desa Kusubibi telah berupaya mengantisipasinya dengan penimbunan jalan setapak. Namun, kenaikan permukaan air laut yang tak terduga menyebabkan jalan setapak tenggelam total. Terlebih lagi, saat terjadi pasang air laut besar, seluruh badan jalan setapak terendam jauh di bawah permukaan air laut.
“Jalan setapak yang pernah ditimbun pada tahun 2020 kini tenggelam lagi karena pasang air besar. Oleh karena itu, Pemerintah Desa (Pemdes) Kusubibi mengadakan musyawarah desa (Musdes) pada Senin, 10 Maret 2025, dan menganggarkan kembali penimbunan jalan setapak tersebut,” ujar Kepala Urusan Umum (KAUR Umum), Dafri Wazhudin, kepada awak DESA MERDEKA, Kamis (13/03/25).
Dafri, yang saat itu menjabat Wakil Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Kusubibi, menjelaskan bahwa jalan setapak ini pernah dikerjakan pada tahun 2020 dengan anggaran dari potensi desa, yaitu hasil tambang. “Jalan setapak pernah kami timbun dengan anggaran potensi desa. Namun, karena sering terjadi pasang air besar, jalan tersebut rusak,” kata Dafri. “Apalagi terjangan air laut pasang kali ini cukup besar, sehingga jalan setapak yang kami timbun selalu tenggelam saat air pasang.”
Dafri menambahkan bahwa pemerintah desa telah mengadakan musyawarah desa untuk membahas upaya penimbunan ulang jalan setapak. Tujuannya adalah agar permukaan jalan tetap lebih tinggi daripada permukaan air laut pasang tertinggi, sehingga tidak lagi tenggelam.
“Pada tahun 2020, saat menjabat BPD, kami berhasil menyelesaikan jalan setapak dengan anggaran potensi desa. Jalan setapak dibangun dari Pantai Desa Kusubibi sampai Kampung Baru Desa Kusubibi. Namun, bagian pantai sering rusak karena pasang air besar,” jelasnya.
Pemerintah Desa Kusubibi terus berusaha mengantisipasi kemungkinan kenaikan permukaan air laut. Namun, mereka meminta warga dan media untuk tidak mendramatisasi keadaan.
Kepala Desa Kusubibi Muhammad Abd. Fatah menjelaskan bahwa upaya terus dilakukan demi kepentingan warga desa, tetapi banjir air laut pasang adalah fenomena alam, bukan semata-mata kesalahan pengelolaan lingkungan. Kepala Desa menegaskan bahwa kejadian di RT 01 lebih disebabkan oleh banjir air laut pasang daripada abrasi.
Penting untuk dipahami perbedaan antara banjir rob dan abrasi. Banjir rob adalah peristiwa meluapnya air laut pasang ke daratan, yang sering terjadi di daerah pesisir dan permukiman dekat pantai. Banjir rob dipicu oleh siklus alam, seperti pasang-surut air laut yang dipengaruhi posisi bulan dan matahari. Banjir rob dapat merusak infrastruktur, mengganggu aktivitas ekonomi, dan mengancam kesehatan masyarakat.
Sementara itu, abrasi adalah pengikisan pantai oleh gelombang laut dan arus laut. Abrasi terjadi dalam jangka waktu lama dan menyebabkan penyusutan lebar pantai, kerusakan sarana dan prasarana, kerugian ekonomi, serta hilangnya habitat ikan. Abrasi dapat dipercepat oleh arus dan angin yang mengikis pantai.
Kontributor/Foto: Alimudin Abd. Fatah.
Activity:
•Reporter •Advocate (Kandidat Notaris PPAT) •Overseas Study Advisor Nawala Education (Nawala Education Link) •Lecturer
Experience:
•Reporter & News Anchor TVRI •Medical Reps. Eisai Indonesia •HRD Metro Selular Nusantara
***
“Hidup adalah petualangan yang berani atau tidak sama sekali.” – Helen Keller
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.