Padang Pariaman [DESA MERDEKA] – Di balik kelezatan cokelat yang digemari banyak orang, tersimpan kisah perjuangan para petaninya. Pak Harmadi, yang akrab disapa Pak Edi, telah merasakan pahit manisnya menjadi petani cokelat selama 19 tahun, sejak tahun 2004 ketika Kabupaten Padang Pariaman mencanangkan diri sebagai ikon cokelat di bawah kepemimpinan Bupati Muslim Kasim (Almarhum).
Pada masa itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Padang Pariaman gencar menyalurkan bibit cokelat varietas TSH 858 secara gratis kepada masyarakat. Sempat merasakan kemajuan pesat atau booming pada tahun 2013, dengan diluncurkannya merek ‘Adam Cokelat’ oleh Bupati Ali Mukhni. Produk lokal ini bahkan disajikan di outlet Lapau Cokelat, pusat jajanan khas Padang Pariaman yang strategis terletak di jalur menuju Bandara Internasional Minangkabau (BIM).
Namun, kejayaan itu tak berlangsung lama. “Berselang beberapa tahun kemudian, pohon cokelat kami terserang penyakit yang tak ada obatnya. Akibatnya, banyak petani yang terpaksa menebang pohon cokelat mereka,” ungkap Pak Edi kepada awak media pada Sabtu (23/9/2023).
Kendati demikian, semangat Pak Edi untuk mempertahankan tanaman cokelat tidak pupus sepenuhnya. “Tidak semua saya tebang, saya masih menyisakan sekitar 100 batang pohon kakao dengan menerapkan sistem ‘Sambung Samping’ yang saya pelajari dari Pak Surya. Kemudian, saya juga diajari teknik ‘Sambung Pucuk’ untuk menanam bibit cokelat berikutnya menggunakan klon MCC 02 di lahan yang masih tersisa,” lanjutnya.
Adi Surya, SP, seorang petugas penyuluh pertanian yang rumah orang tuanya berdekatan dengan kediaman Pak Edi, menjadi mentornya. Saat ini, Adi Surya mengemban amanah sebagai Koordinator Penyuluh (Korluh) di Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam.
Kini, Pak Edi menaruh harapan besar kepada Pemkab Padang Pariaman serta pihak-pihak yang memiliki kepedulian untuk kembali ‘mambangkikkan batang tarandam’—istilah Minang yang berarti membangkitkan kembali masa kejayaan cokelat di Padang Pariaman.
“Harapan ke depan, dengan menggunakan tanaman cokelat ‘Sambung Pucuk’ klon MCC 02, kami optimis dapat ‘mambangkikkan batang tarandam’ cokelat di Padang Pariaman. Semoga Pemkab Padang Pariaman serta pihak-pihak terkait memberikan perhatian kepada kami, para petani cokelat yang masih bertahan,” pungkas Pak Edi, mengakhiri perbincangan dengan nada penuh harap.

Penggiat Desa. Lakukan yang Perlu saja (Prioritas).
Kita Gak perlu memenangkan semua Pertempuran.
Tinggal di Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.