Semarang, Jawa Tengah [DESA MERDEKA] – Kisah inspiratif datang dari Dusun Deres, Desa Kandangan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. Tepat di bawah sisi barat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Belundo, beroperasi sebuah bisnis pengepul sampah yang dikelola dengan manajemen ala kekeluargaan namun beromzet fantastis. Sosok di baliknya adalah Alex Subandono, seorang warga asli Deres yang telah 13 tahun menekuni usaha daur ulang.
Alex memulai bisnisnya secara mandiri setelah kembali dari Jakarta. Ia mengawali dengan mengais sampah seorang diri, dengan penghasilan harian yang fluktuatif, berkisar antara Rp50.000 hingga Rp70.000. Komoditas yang dipulung saat itu didominasi oleh plastik bening, botol, dan berbagai bahan daur ulang lainnya.
“Awalnya ya ngorek-ngorek sendiri, mandiri bersama istri,” ujar Alex. “Dulu itu sehari dapatnya ya sekitar Rp50.000, tergantung segar oranya awak (kondisi badan).”
Setelah sekitar tiga hingga empat tahun berjuang, Alex mulai merekrut tenaga kerja. Awalnya hanya dua orang, yang saat itu digaji sekitar Rp45.000 per hari. Kini, usahanya telah berkembang pesat dengan enam karyawan harian yang fokus bekerja di sekitar TPA. Setiap karyawan kini digaji Rp100.000 per hari dengan sistem pembayaran mingguan, yang berarti Alex harus menyediakan kas sekitar Rp3,6 juta setiap minggu untuk gaji karyawan saja.
Strategi Bisnis dan Omzet yang Fantastis
Alex Subandono dikenal dengan prinsip kerjanya yang unik: tidak pernah repot menghitung omzet secara rinci, tetapi fokus pada target pengiriman. Ia menyebut dirinya hanya mengandalkan “insting” dalam berbisnis, tetapi insting tersebut membuahkan hasil yang luar biasa.
Alex menargetkan pengiriman antara dua hingga tiga truk besar barang daur ulang setiap minggu. Barang-barang yang dipul dikelompokkan berdasarkan jenisnya, seperti botol, plastik, kertas, dan kardus. Untuk satu truk barang dengan jenis paling istimewa (misalnya kertas), nominalnya bisa mencapai Rp4 juta hingga Rp5 juta. Jika diakumulasikan, dengan asumsi terendah tiga truk per minggu, omzet kotor Alex diperkirakan mencapai sekitar Rp12 juta hingga Rp15 juta per minggu, atau setara dengan Rp48 juta hingga Rp60 juta per bulan.
Alex juga membeberkan strategi bisnisnya yang efektif. Ia tidak pernah mengirim barang ke pabrik, melainkan meminta juragan (pembeli) untuk mengambil langsung ke tempatnya. “Intinya juragan itu tak suruh ngambil ke sini,” katanya.
Prinsip Kekeluargaan dan Komitmen Mitra
Kunci keberhasilan Alex bukan hanya pada omzet, tetapi pada manajemen hubungan kerja. Ia memperlakukan enam karyawannya bukan sebagai anak buah, melainkan sebagai keluarga atau mitra kerja.
“Bahkan keluh kesah itu sudah menjadi bagiannya aku,” ungkap Alex. Ia mendorong karyawannya untuk hidup mandiri dan bahkan berhasil mendorong salah satu karyawannya untuk menikah.
Selain itu, ia selalu mengedepankan perjanjian di awal dengan para juragan untuk menghindari kekecewaan atau penipuan. Komitmen ini membuat bisnisnya berjalan lancar tanpa kendala, bahkan para juragan telah menjadi pelanggan setia tanpa harus mengetahui rumah Alex.




















Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.