Tapin [DESA MERDEKA] – Dalam upaya menghadapi tantangan musim hujan yang seringkali menghambat produksi pertanian, petani di Desa Hiyung, Kecamatan Tapin Tengah, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, berhasil menciptakan inovasi yang patut diapresiasi. Mereka mengembangkan metode tanam cabai rawit apung, sebuah teknik budidaya cabai yang unik dan efektif.
Ide brilian ini muncul sebagai solusi untuk mengatasi masalah lahan yang tergenang air saat musim hujan. Dengan memanfaatkan bambu sebagai media tanam, petani dapat menanam cabai rawit Hiyung, varietas lokal yang terkenal pedas, di atas permukaan air.
“Kami melihat potensi besar dari metode ini. Selain menjaga produktivitas, cabai apung juga dapat meningkatkan kualitas hasil panen,” ujar Junaidi, Ketua Kelompok Tani Karya Baru yang menjadi pelopor inovasi ini.
Proses Budidaya yang Unik
Proses pembuatan rakit cabai apung terbilang sederhana. Bambu-bambu disusun sedemikian rupa hingga membentuk sebuah platform yang cukup kuat untuk menopang media tanam cabai. Setelah itu, rakit-rakit tersebut ditempatkan di sungai atau kolam yang airnya tenang.
“Kami menggunakan bambu karena mudah didapatkan dan ramah lingkungan. Selain itu, bambu juga memiliki sifat yang kuat dan tahan lama,” tambah Junaidi.
Keunggulan Tanam Cabai Apung
Beberapa keunggulan dari metode tanam cabai apung antara lain:
- Mencegah genangan air: Dengan menanam cabai di atas air, risiko tanaman terendam air dapat diminimalisir.
- Meningkatkan produktivitas: Tanaman cabai lebih cepat tumbuh dan berbuah karena akarnya mendapatkan suplai oksigen yang cukup.
- Menghemat lahan: Metode ini memungkinkan petani untuk memanfaatkan lahan yang terbatas, bahkan di daerah yang sering tergenang air.
- Meningkatkan kualitas hasil panen: Cabai yang dihasilkan cenderung lebih sehat dan memiliki kualitas yang lebih baik.
Dukungan dari Berbagai Pihak
Inovasi petani Desa Hiyung ini mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak, terutama dari Bank Indonesia. Lembaga keuangan tersebut memberikan bantuan berupa bahan-bahan yang dibutuhkan, seperti bambu, bibit cabai, dan pupuk.
“Kami berharap inovasi ini dapat menjadi contoh bagi petani lainnya di Kabupaten Tapin, bahkan di daerah lain,” ujar Mohammad Tri Asmoro, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tapin.
Potensi Besar untuk Masa Depan
Keberhasilan budidaya cabai apung di Desa Hiyung membuka peluang besar bagi pengembangan pertanian di daerah ini. Selain meningkatkan produksi cabai rawit Hiyung, inovasi ini juga berpotensi meningkatkan pendapatan petani dan membuka lapangan kerja baru.
Dengan adanya inovasi seperti ini, diharapkan Kabupaten Tapin dapat semakin dikenal sebagai daerah penghasil cabai berkualitas tinggi dan menjadi pusat pengembangan pertanian yang berkelanjutan.
Redaksi Desa Merdeka
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.