Menu

Mode Gelap
Kemendes PDT Siap Jadi Kontributor Utama Ketahanan Pangan di Sulawesi Selatan Pemprov Sumbar Optimis Proyek Jalan Alahan Panjang-Kiliran Jao Segera Lanjut Museum Desa Genggelang: Simbol Pelestarian Budaya Sasak Sumedang Siap Gelar Hari Desa Nasional 2025 dengan Meriah DPRD TTS Desak Bank NTT Cairkan Dana Desa Tepat Waktu

IPTEK · 11 Jan 2025 12:39 WIB ·

Inovasi Canggih! Petani di Tapin Budidaya Cabai Apung Hadapi Musim Hujan

Anggota Poktan Karya Baru sedang membuat rakit bambu untuk media tanam cabai rawit apung di Desa Hiyung, Kecamatan Tapin Tengah, Kabupaten Tapin, Minggu (11/1/2025).

Tapin [DESA MERDEKA] – Dalam upaya menghadapi tantangan musim hujan yang seringkali menghambat produksi pertanian, petani di Desa Hiyung, Kecamatan Tapin Tengah, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, berhasil menciptakan inovasi yang patut diapresiasi. Mereka mengembangkan metode tanam cabai rawit apung, sebuah teknik budidaya cabai yang unik dan efektif.

Ide brilian ini muncul sebagai solusi untuk mengatasi masalah lahan yang tergenang air saat musim hujan. Dengan memanfaatkan bambu sebagai media tanam, petani dapat menanam cabai rawit Hiyung, varietas lokal yang terkenal pedas, di atas permukaan air.

“Kami melihat potensi besar dari metode ini. Selain menjaga produktivitas, cabai apung juga dapat meningkatkan kualitas hasil panen,” ujar Junaidi, Ketua Kelompok Tani Karya Baru yang menjadi pelopor inovasi ini.

Proses Budidaya yang Unik

Proses pembuatan rakit cabai apung terbilang sederhana. Bambu-bambu disusun sedemikian rupa hingga membentuk sebuah platform yang cukup kuat untuk menopang media tanam cabai. Setelah itu, rakit-rakit tersebut ditempatkan di sungai atau kolam yang airnya tenang.

“Kami menggunakan bambu karena mudah didapatkan dan ramah lingkungan. Selain itu, bambu juga memiliki sifat yang kuat dan tahan lama,” tambah Junaidi.

Keunggulan Tanam Cabai Apung

Beberapa keunggulan dari metode tanam cabai apung antara lain:

  • Mencegah genangan air: Dengan menanam cabai di atas air, risiko tanaman terendam air dapat diminimalisir.
  • Meningkatkan produktivitas: Tanaman cabai lebih cepat tumbuh dan berbuah karena akarnya mendapatkan suplai oksigen yang cukup.
  • Menghemat lahan: Metode ini memungkinkan petani untuk memanfaatkan lahan yang terbatas, bahkan di daerah yang sering tergenang air.
  • Meningkatkan kualitas hasil panen: Cabai yang dihasilkan cenderung lebih sehat dan memiliki kualitas yang lebih baik.
Dukungan dari Berbagai Pihak

Inovasi petani Desa Hiyung ini mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak, terutama dari Bank Indonesia. Lembaga keuangan tersebut memberikan bantuan berupa bahan-bahan yang dibutuhkan, seperti bambu, bibit cabai, dan pupuk.

“Kami berharap inovasi ini dapat menjadi contoh bagi petani lainnya di Kabupaten Tapin, bahkan di daerah lain,” ujar Mohammad Tri Asmoro, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tapin.

Potensi Besar untuk Masa Depan

Keberhasilan budidaya cabai apung di Desa Hiyung membuka peluang besar bagi pengembangan pertanian di daerah ini. Selain meningkatkan produksi cabai rawit Hiyung, inovasi ini juga berpotensi meningkatkan pendapatan petani dan membuka lapangan kerja baru.

Dengan adanya inovasi seperti ini, diharapkan Kabupaten Tapin dapat semakin dikenal sebagai daerah penghasil cabai berkualitas tinggi dan menjadi pusat pengembangan pertanian yang berkelanjutan.

Follow WhatsApp Channel Desamerdeka.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow
Artikel ini telah dibaca 5 kali

badge-check

Jurnalis

Tinggalkan Balasan

Baca Lainnya

Peta Desa Tambakbulusan Lebih Akurat Berkat KKN Undip

24 Desember 2024 - 18:53 WIB

Wukirsari Luncurkan Ruang Komunitas Digital untuk Desa Cerdas

19 Desember 2024 - 18:18 WIB

Digitalisasi UMKM Perhiasan Emas di Desa Dalam Pagar Ulu, Dorong Perekonomian Lokal

19 Desember 2024 - 11:33 WIB

Budiman Sudjatmiko: Desa Jadi Lokomotif Penggerak Ekonomi Rakyat

15 Desember 2024 - 15:03 WIB

Janjikan Teknologi 5G Murah ke Desa, Komdigi Akan Lakukan Ini

13 Desember 2024 - 14:26 WIB

Audy Joinaldy: Teknologi dan Inovasi adalah Kunci Ketahanan Pangan Indonesia

21 Oktober 2024 - 18:29 WIB

Trending di IPTEK