Jakarta [DESA MERDEKA] – Potensi besar desa sebagai fondasi kemajuan bangsa kian diakui, tercermin dalam berbagai kebijakan dan program pemerintah yang berfokus pada pembangunan wilayah perdesaan. Namun, data Indeks Desa Membangun (IDM) Kementerian Desa tahun 2024 menunjukkan bahwa dari sekitar 75 ribu desa di Indonesia, baru sekitar 17 ribu desa yang berhasil mencapai status mandiri. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi salah satu kendala utama yang menghambat perkembangan banyak desa, diperparah dengan fenomena urbanisasi kaum muda yang mencari penghidupan di perkotaan.
Kondisi ini menggugah keprihatinan Hardika Dwi Hermawan, seorang pemuda asal Desa Cipaku, sebuah desa kecil di Purbalingga, Jawa Tengah. Pengalamannya berinteraksi dengan banyak pemuda diaspora asal desa saat menempuh pendidikan di University of Hongkong membuka matanya. Ia mendapati bahwa meskipun banyak pemuda desa yang sukses di perantauan, namun hanya segelintir yang memiliki kepedulian terhadap kondisi kampung halaman mereka. Keresahan inilah yang kemudian melahirkan gagasan “Desamind Indonesia Foundation”.
“Desamind hadir sebagai upaya untuk membuka aksesibilitas dan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat, terutama di level akar rumput, agar pembangunan desa tidak hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang,” jelas Hardika mengenai visi yayasannya.
Salah satu program unggulan Desamind adalah pemberian beasiswa pendidikan tinggi bagi pemuda-pemudi berpotensi dari desa. Program ini tidak hanya memberikan dukungan finansial, tetapi juga mendorong para penerima beasiswa untuk kembali berkarya dan mengembangkan potensi di desa asal mereka. Junaedi Halki adalah salah satu contoh nyata dampak positif program ini. Ia menjadi penerima Beasiswa Desamind 3.0 pada tahun 2023 dan mendapatkan dukungan untuk mengembangkan alat inovatif yang bertujuan meningkatkan kualitas produksi madu di desanya.
Hardika berharap sosok seperti Halki dapat menjadi “local hero” yang mampu menginisiasi dan menggerakkan pembangunan di tingkat desa. Ia memiliki cita-cita untuk melihat semakin banyak anak muda yang tidak hanya aktif sebagai aktivis di lingkungan kampus, tetapi juga menjadi agen perubahan yang nyata di desa mereka masing-masing.
“Hingga saat ini, Desamind telah memberikan beasiswa kepada 30 pemuda berprestasi dari berbagai penjuru Indonesia, mulai dari Aceh hingga Nusa Tenggara Barat. Kami berharap para penerima beasiswa ini dapat mengembangkan potensi unik desa mereka dan memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi kemajuan kampung halaman mereka,” ungkap Hardika, yang juga merupakan penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Lebih lanjut, Hardika menekankan urgensi perubahan cara pikir (mindset) kaum muda terhadap desa. Menurutnya, perlu adanya upaya untuk menggugah keresahan mereka sehingga timbul kesadaran dan keinginan yang kuat untuk aktif berkontribusi dalam membangun desa.
“Desamind adalah representasi dari ‘desa’ dan ‘mindset’. Kita perlu mengubah cara berpikir kita, membuka diri terhadap potensi yang ada di desa, dan menyadari bahwa setiap permasalahan di desa adalah tanggung jawab kita bersama. Ini bukan sekadar persoalan emosional, melainkan panggilan untuk mengambil tindakan nyata yang konstruktif,” tegas Hardika.
Redaksi Desa Merdeka
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.