Menu

Mode Gelap
Dari Hoaks ke Harapan: Catatan Dua Hari Bimtek Literasi Informasi di Pekalongan PPID Desa Jadi Kunci Transparansi di Lombok Tengah Sumatera Barat Siap Jadi Green Province 2026, Targetkan Investasi Hijau Rp120 Triliun Peternakan Ayam Diduga Tanpa Izin Resahkan Warga Bekasi Mengubah Citra Petani, Memajukan Ekonomi Sumbar

RAGAM · 2 Jul 2024 14:22 WIB ·

Teater Lingkar Gugat Keadaan Melalui Lakon “Sang Panggung”


					Teater Lingkar Gugat Keadaan Melalui Lakon “Sang Panggung” Perbesar

Semarang (DESA MERDEKA) – Teater Lingkar, kelompok teater ternama di Semarang, kembali menggebrak panggung pertunjukan dengan mementaskan lakon “Sang Panggung”. Lakon ini merupakan adaptasi dari naskah “Nyi Panggung” karya Eko Tunas yang dirombak dan disutradarai oleh Sindhunata Gesit Widharto, S.Sn.

Pementasan yang diadakan di Taman Indonesia Kaya pada Sabtu (29/6/2024) ini mengangkat kisah getir kesenian tradisi Ketoprak Tobong di tengah gempuran modernitas. Lakon ini bukan hanya sebuah tontonan, tetapi juga kritik sosial terhadap kondisi seni tradisi di Indonesia saat ini.

“Sang Panggung” bukan pementasan pertama Teater Lingkar. Empat tahun lalu, lakon ini pernah dipentaskan dan menjadi karya Tugas Akhir Program S2 Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dengan judul “Pakeliran Sampakan: Sang Panggung”.

Kisah Ketoprak Tobong di Era Globalisasi

Lakon “Sang Panggung” berfokus pada kisah Eko Mardhika, seorang dalang Ketoprak Tobong yang berjuang mempertahankan eksistensinya di tengah era globalisasi. Era modern dengan segala kecanggihan teknologinya telah menggeser minat masyarakat terhadap seni tradisi, membuat Ketoprak Tobong terasing di kampungnya sendiri.

Eko Mardhika dan para pemain Ketoprak Tobong lainnya harus beradaptasi dengan zaman agar dapat bertahan hidup. Mereka harus bersaing dengan hiburan modern yang lebih menarik bagi generasi muda.

Perpaduan Pakeliran, Tari, dan Teater

Pementasan “Sang Panggung” menawarkan konsep yang unik, yaitu perpaduan antara pakeliran wayang kulit, tari, dan teater tradisi. Panggung pertunjukan dibagi menjadi beberapa bagian, memungkinkan para pemain untuk bergerak dan berinteraksi dengan lebih leluasa.

Sindhunata, sang sutradara, menjelaskan bahwa dia merombak habis naskah “Nyi Panggung” menjadi “Sang Panggung” dengan mengambil ruh, tema, dan semangat dari karya Eko Tunas. Dia juga menambahkan dialog-dialog baru yang mengangkat persoalan keseharian para seniman tradisi dan kegelisahan mereka tentang kelangsungan hidup seni yang mereka cintai.

Pesan Moral dan Optimisme

“Sang Panggung” tidak hanya menghibur, tetapi juga sarat pesan moral. Lakon ini mengajak para penonton untuk merenungkan tentang pentingnya preserving seni tradisi di tengah gempuran modernitas.

Teater Lingkar ingin menunjukkan bahwa seni tradisi masih memiliki tempat di hati masyarakat. Dengan etos kerja dan semangat yang tinggi, seni tradisi dapat terus berkembang dan lestari.

Pementasan “Sang Panggung” merupakan sebuah tontonan yang wajib disaksikan bagi para pecinta seni dan budaya. Lakon ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan refleksi tentang kondisi seni tradisi di Indonesia saat ini.

Follow WhatsApp Channel Desamerdeka.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow
Artikel ini telah dibaca 22 kali

badge-check

Jurnalis

Tinggalkan Balasan

Baca Lainnya

Wagub Vasko Ruseimy: Penetapan Rahmah El Yunusiyah sebagai Pahlawan Nasional, Pengakuan atas Peran Besar Sumbar bagi Bangsa

10 November 2025 - 18:57 WIB

Wakaf Internasional Padang, Momen Kebangkitan Ekonomi Umat

10 November 2025 - 13:06 WIB

Keikhlasan Pahlawan, Semangat Perjuangan Masa Kini Sumatera Barat

10 November 2025 - 12:59 WIB

Pemuda Sumbar Harus Mandiri: Kunci Perekonomian Bangsa

9 November 2025 - 18:42 WIB

Semangat Anak Muda Lestarikan Tambua Tansa Gairahkan Wisata Sumbar

9 November 2025 - 10:02 WIB

Konferensi Wakaf Internasional di Padang Diharapkan Perkuat Ekonomi Umat

8 November 2025 - 19:14 WIB

Trending di RAGAM