Menu

Mode Gelap
Kemendes PDTT dan CTC Jalin Kerja Sama Tingkatkan Kesadaran Masyarakat Terhadap Perubahan Iklim IKADIN Lampung Dukung Penuh Aksi Cuti Bersama Hakim, Desak Kenaikan Gaji Indonesia Perangi Bencana: Dana Desa Ditujukan untuk Desa-Desa Rentan Iklim Gus Halim Didapuk Sebagai Bapak Bumdesa Bersama Lkd BUMDES Diajak Aktif dalam Program Makan Siang Gratis

RAGAM · 2 Jul 2024 14:22 WIB ·

Teater Lingkar Gugat Keadaan Melalui Lakon “Sang Panggung”


 Teater Lingkar Gugat Keadaan Melalui Lakon “Sang Panggung” Perbesar

Semarang (DESA MERDEKA) – Teater Lingkar, kelompok teater ternama di Semarang, kembali menggebrak panggung pertunjukan dengan mementaskan lakon “Sang Panggung”. Lakon ini merupakan adaptasi dari naskah “Nyi Panggung” karya Eko Tunas yang dirombak dan disutradarai oleh Sindhunata Gesit Widharto, S.Sn.

Pementasan yang diadakan di Taman Indonesia Kaya pada Sabtu (29/6/2024) ini mengangkat kisah getir kesenian tradisi Ketoprak Tobong di tengah gempuran modernitas. Lakon ini bukan hanya sebuah tontonan, tetapi juga kritik sosial terhadap kondisi seni tradisi di Indonesia saat ini.

“Sang Panggung” bukan pementasan pertama Teater Lingkar. Empat tahun lalu, lakon ini pernah dipentaskan dan menjadi karya Tugas Akhir Program S2 Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dengan judul “Pakeliran Sampakan: Sang Panggung”.

Kisah Ketoprak Tobong di Era Globalisasi

Lakon “Sang Panggung” berfokus pada kisah Eko Mardhika, seorang dalang Ketoprak Tobong yang berjuang mempertahankan eksistensinya di tengah era globalisasi. Era modern dengan segala kecanggihan teknologinya telah menggeser minat masyarakat terhadap seni tradisi, membuat Ketoprak Tobong terasing di kampungnya sendiri.

Eko Mardhika dan para pemain Ketoprak Tobong lainnya harus beradaptasi dengan zaman agar dapat bertahan hidup. Mereka harus bersaing dengan hiburan modern yang lebih menarik bagi generasi muda.

Perpaduan Pakeliran, Tari, dan Teater

Pementasan “Sang Panggung” menawarkan konsep yang unik, yaitu perpaduan antara pakeliran wayang kulit, tari, dan teater tradisi. Panggung pertunjukan dibagi menjadi beberapa bagian, memungkinkan para pemain untuk bergerak dan berinteraksi dengan lebih leluasa.

Sindhunata, sang sutradara, menjelaskan bahwa dia merombak habis naskah “Nyi Panggung” menjadi “Sang Panggung” dengan mengambil ruh, tema, dan semangat dari karya Eko Tunas. Dia juga menambahkan dialog-dialog baru yang mengangkat persoalan keseharian para seniman tradisi dan kegelisahan mereka tentang kelangsungan hidup seni yang mereka cintai.

Pesan Moral dan Optimisme

“Sang Panggung” tidak hanya menghibur, tetapi juga sarat pesan moral. Lakon ini mengajak para penonton untuk merenungkan tentang pentingnya preserving seni tradisi di tengah gempuran modernitas.

Teater Lingkar ingin menunjukkan bahwa seni tradisi masih memiliki tempat di hati masyarakat. Dengan etos kerja dan semangat yang tinggi, seni tradisi dapat terus berkembang dan lestari.

Pementasan “Sang Panggung” merupakan sebuah tontonan yang wajib disaksikan bagi para pecinta seni dan budaya. Lakon ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan refleksi tentang kondisi seni tradisi di Indonesia saat ini.

Follow WhatsApp Channel Desamerdeka.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow
Artikel ini telah dibaca 12 kali

badge-check

Jurnalis

Tinggalkan Balasan

Baca Lainnya

Audy Joinaldy Tekankan Pentingnya Peningkatan Kompetensi Ahli Bedah di Sumbar

27 September 2024 - 13:28 WIB

RS Anugrah Segera Hadir di Tanah Jawa, Simalungun

16 September 2024 - 22:23 WIB

Pameran Lukisan “Hong Wilaheng Sekaring Bawana Langgeng” Sukses Ajak Lintas Generasi Berkarya di Surabaya

15 September 2024 - 10:18 WIB

Simalungun Segera Miliki Stadion Mini Baru, Dorong Lahirnya Atlet Berprestasi

14 September 2024 - 10:14 WIB

Bupati letakkan batu pertama

Rumah Relokasi Terpadu untuk Korban Bencana di Tanah Datar Mulai Dibangun

13 September 2024 - 04:32 WIB

Gus Halim Didapuk Sebagai Bapak Bumdesa Bersama Lkd

12 September 2024 - 09:40 WIB

Trending di RAGAM