Menu

Mode Gelap
Dari Hoaks ke Harapan: Catatan Dua Hari Bimtek Literasi Informasi di Pekalongan PPID Desa Jadi Kunci Transparansi di Lombok Tengah Sumatera Barat Siap Jadi Green Province 2026, Targetkan Investasi Hijau Rp120 Triliun Peternakan Ayam Diduga Tanpa Izin Resahkan Warga Bekasi Mengubah Citra Petani, Memajukan Ekonomi Sumbar

OPINI · 29 Jun 2025 22:25 WIB ·

Pendidikan Hati dan Otak: Arah Baru Keseimbangan Pendidikan Menuju Generasi Emas 2045


					Pendidikan Hati dan Otak: Arah Baru Keseimbangan Pendidikan Menuju Generasi Emas 2045 Perbesar

Opini: Yabes M. Ottu, S. Pd (Presma IAKN Kupang tahun 2022)

[DESA MERDEKA] Pendidikan bangsa kita kini menghadapi persoalan serius. Indonesia, sebagai salah satu negara yang terus digempur arus modernisasi dan kemajuan teknologi, khususnya di kalangan anak-anak dan remaja sekolah, merasakan dampak yang mendalam. Proses pendidikan seharusnya menjadi tolok ukur peradaban bangsa ini.

Agar tetap eksis di tengah arus global, pendidikan adalah jalan utama untuk tegak berdiri dan mengepakkan sayap di atas badai zaman yang begitu cepat dan deras. Pengaruh arus globalisasi dan modernisasi yang kian pesat sangat rentan memengaruhi psikologi dan perilaku anak serta remaja usia sekolah, yang sedang dalam tahap pencarian jati diri. Oleh karena itu, proses pendidikan yang seimbang di sekolah, rumah, dan lingkungan masyarakat menjadi sangat krusial.

Gersang Emosi di Tengah Suburnya Akademik
Keseimbangan antara pembentukan intelektual dan emosional sangat dibutuhkan. Namun, dalam pengamatan penulis, proses pendidikan hari ini cenderung masih terpaku pada aspek akademik semata. Pendidikan kita seolah lalai membina dan mendidik generasi muda tentang nilai-nilai kemanusiaan. Akibatnya, emosi menjadi tidak teratur, dan akhlak tidak selaras dengan tujuan pendidikan yang sesungguhnya: membentuk budi pekerti luhur.

Hal ini menciptakan lulusan pendidikan yang subur secara akademis, tetapi gersang secara emosional. Kita akan melahirkan generasi yang lincah membaca, pandai menghitung, tetapi lupa bahwa tujuan akhir dari mempelajari segala ilmu adalah mampu hidup berdampingan dengan baik di tengah masyarakat dan memahami perasaan orang lain.

Nilai ujian 90 hingga 100, peringkat teratas, dan akreditasi lembaga pendidikan yang terselamatkan secara teoritis memang terjamin. Namun, apakah mereka mampu menyelamatkan diri di tengah gempuran zaman? Apakah mereka tahu cara menemukan jawaban atas setiap persoalan dalam hidup dan lingkungannya?

Mencapai Generasi Emas 2045: Hati, Bukan Hanya Otak
Untuk menyongsong Generasi Emas Indonesia 2045, pendidikan memegang peran vital dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang unggul. SDM yang cerdas dan berkarakter sangat penting untuk membangun peradaban maju, sedangkan SDM yang rendah akan menghasilkan peradaban yang buruk. Kita membutuhkan strategi pendidikan yang lebih baik untuk mewujudkan cita-cita besar tersebut.

Memiliki pengetahuan akademis memang sangat penting. Namun, nilai-nilai kemanusiaan adalah hal utama dalam kehidupan bermasyarakat. Bangsa ini tidak bercita-cita menciptakan generasi yang tajam di atas kertas, tetapi tumpul pada moral. Negara dengan masyarakat yang majemuk ini tidak sudi melahirkan generasi yang kepalanya berisi, tetapi hatinya kosong. Itu sama saja dengan “omong kosong”.

Pendidikan pada hakikatnya adalah proses membentuk manusia secara menyeluruh, menciptakan manusia yang berbudi luhur. Bukan hanya tentang akademik, tetapi juga tentang nilai-nilai, akhlak, dan kemanusiaan itu sendiri.

Urgensi Pendidikan Hati: Mengapa Otak Saja Tak Cukup?
Pendidikan hati mengajarkan anak-anak untuk mengenali diri, memahami orang lain, dan meresapi nilai-nilai luhur seperti kejujuran, tanggung jawab, kasih sayang, dan pengendalian diri. Mendidik hati itu penting karena beberapa alasan mendasar:

Mengembangkan Empati dan Kasih Sayang: Membantu individu memahami dan merasakan perasaan orang lain, sehingga mereka menjadi lebih peduli dan empatik.
Meningkatkan Kesadaran Diri: Membantu individu memahami diri sendiri, termasuk kekuatan dan kelemahan pribadi, yang pada akhirnya menjadikan mereka lebih sadar dan bijak dalam mengambil keputusan.
Membangun Hubungan yang Sehat: Membantu memahami cara berinteraksi dengan orang lain secara sehat dan positif, sehingga dapat membangun hubungan yang kuat dan harmonis.
Mengembangkan Kesadaran Spiritual: Membantu memahami nilai-nilai spiritual dan etika, sehingga individu menjadi lebih bijak dan bertanggung jawab dalam hidup.
Meningkatkan Kebahagiaan dan Kesejahteraan: Membantu memahami apa yang membuat diri bahagia dan sejahtera, sehingga setiap orang dapat membuat pilihan yang tepat untuk meningkatkan kualitas hidup secara menyeluruh.

Mendidik hati dan mendidik otak sangat krusial dalam membentuk karakter dan kepribadian anak negeri. Pendidikan hati membantu generasi ini memahami orang lain dan nilai-nilai luhur. Dengan demikian, anak-anak akan menjadi pribadi yang seimbang secara emosional, penuh empati, dan siap menghadapi dunia luar yang terus maju pesat dengan berbagai gejolaknya. Pendidikan hati sejatinya berfokus pada pengembangan aspek emosional, spiritual, dan moral siswa, dengan tujuan membentuk individu yang memiliki hati bersih, kuat, berakhlak mulia, serta mampu membangun hubungan sehat dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitarnya.

Arah Baru Pendidikan Kita: Bangsa Berjaya dan Berimbang
Sudah saatnya arah pendidikan kita diperbarui untuk mencetak generasi yang seimbang pada aspek akademik dan emosional. Pendidikan tidak hanya sekadar mengejar nilai ujian atau pencapaian peringkat, tetapi juga tentang kecerdasan emosional dan nilai-nilai kemanusiaan di tengah masyarakat yang plural.

Pendidikan kita harus diarahkan pada pembentukan manusia seutuhnya. Pendidikan harus menghasilkan generasi yang cerdas pikirannya, bening hatinya, dan mulia akhlaknya. Bukankah itu yang menjadi harapan founding fathers pendidikan bangsa, Ki Hajar Dewantara?

Hasil pendidikan semacam ini akan mampu menghasilkan generasi yang menjadi pemimpin bangsa yang adil, berdikari, namun tidak lupa diri (sesama); menjadi warga negara yang peduli; dan manusia yang bermartabat di tengah masyarakat yang majemuk. Pendidikan yang berakar pada nilai-nilai kemanusiaan akan membawa Indonesia menjadi bangsa yang kuat bukan hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi juga dalam integritas dan moralitas. Ini harus menjadi fondasi; kita akan menghasilkan pemimpin yang jauh dari ketamakan, jauh dari egoisme, dan jauh dari praktik-praktik yang tidak berdampak positif bagi kemanusiaan.

Mari, kita sentuh hati generasi ini, baik di rumah, di kelas, maupun di masyarakat. Pendidikan sejatinya harus memanusiakan manusia secara utuh.

Follow WhatsApp Channel Desamerdeka.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow
Artikel ini telah dibaca 96 kali

badge-check

Jurnalis

Tinggalkan Balasan

Baca Lainnya

BUDINA: Kunci Disiplin Aparatur, Benteng Integritas Nagari

23 Oktober 2025 - 16:23 WIB

IORA di Padang: Sepuluh Tahun Menjaga Harmoni Budaya dan Maritim Samudra Hindia

21 Oktober 2025 - 16:48 WIB

Pedagang Butuh Ruang, Bukan Sekadar Tempat

19 Oktober 2025 - 19:02 WIB

Pasar Raya Padang dan Alarm Bahaya Umur Bangunan Tua

14 Oktober 2025 - 20:58 WIB

Kata “Perampok” Antara Fitnah dan Pembunuhan Karakter

3 Oktober 2025 - 10:31 WIB

Sekali agenda Dua Perusakan Dilakukan Menko Pangan, Inilah Bahaya Budaya ABS

24 September 2025 - 23:55 WIB

Trending di OPINI