Menu

Mode Gelap
Desa Pengkok Sragen: Magnet Kurban Terbanyak di Hari Raya Iduladha 2025 Idul Adha 2025: Glagahagung Pecahkan Rekor Kurban! Idul Adha 2025: Sapi Kurban Presiden Prabowo Hadir di Tegal Sapi Kurban Presiden Seberat 1,1 Ton Gegerkan Purworejo! Morotai: Puluhan Kades Tersandung Kode Etik, Diduga Gelapkan Dana Desa

OPINI · 11 Mei 2025 10:55 WIB ·

Kenapa Ada Konten Berbayar di Channel YouTube TV Desa? Inilah Cerita dan Pilihan yang Harus Diambil


					Kenapa Ada Konten Berbayar di Channel YouTube TV Desa? Inilah Cerita dan Pilihan yang Harus Diambil Perbesar

oleh: Suryokoco Suryoputro

Selama lebih dari sepuluh tahun, TV Desa telah menjadi sahabat setia desa-desa di seluruh Indonesia. Kami tidak hanya hadir sebagai media yang melaporkan, tapi menjadi bagian dari perjuangan panjang desa—membawa semangat edukasi, berbagi kabar baik, dan menyuarakan suara-suara yang sering terabaikan. Dalam suka dan duka, kami menemani gerakan desa dari dekat: dari kisah sukses kepala desa yang inovatif, perjuangan para pendamping desa di lapangan, hingga edukasi pembangunan berbasis SDGs.

Namun, di Mei tahun 2025, kami sampai pada satu titik krusial: keputusan untuk menayangkan sebagian konten kami hanya untuk member berbayar di YouTube. Ini bukan keputusan yang mudah. Kami tahu, ini bisa berarti berkurangnya jumlah penonton, bahkan bisa jadi kami kehilangan beberapa kawan lama yang telah bersama sejak awal. Tapi keputusan ini bukan karena keterpaksaan. Ini adalah pilihan sadar yang harus dilakukan agar TV Desa tetap hidup, tetap berkarya, dan tetap bisa melayani desa.

 

Memberi Tanpa Pernah Meminta

Selama lebih dari satu dekade, kami memberikan yang kami bisa. Menyusun skrip, meliput ke desa-desa, menyunting video hingga larut malam, bahkan seringkali mengandalkan dana pribadi atau iuran tim. TV Desa berjalan karena cinta, cinta pada desa dengan idelogi DESAisME, memuliakan Desa Indonesia.

Kami juga harus jujur: memberi terus tanpa pernah meminta, pada akhirnya melelahkan. Benar kata orang, tidak ada makan siang gratis. Bahkan untuk menyiapkan makan siang paling sederhana pun, perlu bahan, waktu, tenaga, dan biaya. Begitu juga dengan produksi konten edukatif yang kami tayangkan selama ini.

Kami tidak ingin jadi “lilin” yang terus menyala tapi perlahan meleleh habis. Kami tidak ingin mati pelan-pelan hanya karena gengsi untuk membuka pintu partisipasi penonton.

 

YouTube Member: Jalan Baru untuk Bertahan

YouTube memberi kami satu ruang yang sebelumnya tidak ada: fasilitas membership. Fitur ini memungkinkan penonton yang merasa terbantu dan mendapatkan manfaat dari konten TV Desa untuk ikut mendukung secara langsung senilai satu bungkus rokok atau secangkir kopi per bulan. Dukungan kecil ini sangat berarti bagi tim produksi kami, dari juru kamera, editor, penulis naskah, hingga tim redaksi.

Kami tidak ingin sepenuhnya mengunci semua konten. Sebagian besar siaran edukatif tetap akan bisa dinikmati secara terbuka. Tapi untuk tayangan tertentu—yang memerlukan energi dalam, proses produksi, atau konten pelatihan khusus bagi aparat dan pendamping desa—kami pilih untuk menjadi konten eksklusif bagi member.

Ini bukan soal komersialisasi. Ini soal keberlangsungan dan apresiasi. Apresiasi untuk tim yang sudah bekerja lebih dari sekadar pekerjaan. Apresiasi untuk mereka yang dengan kamera seadanya dan logistik terbatas, tetap berangkat ke desa-desa untuk mendokumentasikan cerita terbaik Indonesia.

 

Lebih Baik Kehilangan Kawan Daripada Kehilangan Nyawa

Kami tahu, keputusan ini akan membuat beberapa orang pergi. Tidak semua orang akan setuju. Tapi kami harus memilih: lebih baik kehilangan sebagian kawan, daripada kehilangan seluruh nyawa TV Desa.

Kalau hari ini kami tidak berani berubah, mungkin bulan depan kami sudah tidak bisa produksi lagi. Kalau hari ini kami tidak berani meminta, mungkin tahun depan kamu hanya bisa mengenang TV Desa sebagai “media desa yang dulu pernah ada”.

Kami tidak ingin itu terjadi. Dan kami percaya, sebagian dari kamu akan mengerti dan tetap bersama kami.

 

Gotong Royong Dalam Satu Bungkus Rokok dan Secangkir Kopi

Zaman berubah. Dulu gotong royong dilakukan dengan memikul kayu bersama atau membangun jembatan bambu. Sekarang, gotong royong bisa dimulai dari klik kecil di YouTube.

TV Desa mengajak kamu semua untuk gotong royong digital. Dengan menjadi member, kamu tidak hanya mendukung keberlangsungan kami, tapi juga menjadi bagian dari perubahan besar. Kamu bantu nyalakan cahaya di tengah gelapnya informasi tentang desa yang sering terabaikan.

Cukup dengan kontribusi setara satu bungkus rokok dan secangkir kopi, kamu sudah ikut menjaga agar TV Desa tetap menyala. Kamu ikut membuat edukasi desa tetap ada. Kamu ikut menguatkan cerita desa tetap terdengar, bahkan sampai ke kota dan dunia.

 

Penutup: TV Desa Bukan Sekadar Channel, Ini Gerakan

TV Desa bukan sekadar saluran YouTube. TV Desa adalah gerakan. Gerakan untuk menyuarakan desa, mendampingi perubahan, dan memuliakan kehidupan masyarakat akar rumput. Di tengah derasnya arus informasi yang sering bias kota, TV Desa berdiri sebagai penjaga nilai-nilai desa.

Kini, kami mengajak kamu jadi bagian dari perjuangan ini. Bergabunglah sebagai member. Dukung kami agar kami bisa terus mendukung desa. ( Klik disini )

TV Desa. Dari desa. Untuk desa. Bersama kamu.

 

Follow WhatsApp Channel Desamerdeka.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow
Artikel ini telah dibaca 51 kali

Tinggalkan Balasan

Baca Lainnya

Tantangan Menggantungkan Harapan Kebangkitan dari Desa di Tangan TPP: Belajarlah dari Tiongkok

17 Juni 2025 - 05:17 WIB

Surau, Lapau, dan Rantau: Pilar Lelaki Minang yang Harus Dihidupkan Kembali

15 Juni 2025 - 20:59 WIB

Sub-sistem dan Ekosistem Peradaban: Pilar Pembangunan Ibu Kota Baru

14 Juni 2025 - 06:55 WIB

Koperasi Merah Putih: Merajut Keadilan Ekonomi Desa Melalui Semangat Gotong Royong Multikultural

14 Juni 2025 - 06:08 WIB

Ekosipasi: Antara Kopi, Gunung, dan Asap Cerutu – Sebuah Filosofi Hidup dan Perjuangan.

13 Juni 2025 - 09:46 WIB

Koperasi Merah Putih: Fondasi Ketahanan Pangan dan Ekonomi Lestari dari Desa

13 Juni 2025 - 06:04 WIB

Trending di OPINI