Menu

Mode Gelap
Dharmasraya Kembangkan 52 Produk Unggulan dengan Program Nagari Tematik 11 Desa di PALI Terendam Banjir, Polisi Siaga Evakuasi dan Koordinasi Bantuan Program Sejahtera dari Desa Lombok Barat: Bukan Bagi Uang, Tapi Pengembangan Potensi Desa Mobil Siaga Desa Bermasalah, Bupati Situbondo Tegas Lakukan Pembinaan Pemilihan PAW Kades Sekara Ricuh, Warga Tuding Ada Intervensi dan Nepotisme

EKBIS · 2 Jul 2024 12:34 WIB ·

GDP Oriented dan Pemerataan Kemakmuran


					Diskusi buku karya Prof. Didin S. Damanhuri bertajuk “Ekonomi Politik Indonesia dan Antar Bangsa”, diselenggarakan di Natan Book Store & Cafe, Kebayoran Baru Jakarta, Senin (02/07/2024).  (Foto Dok.: Arief Tito) Perbesar

Diskusi buku karya Prof. Didin S. Damanhuri bertajuk “Ekonomi Politik Indonesia dan Antar Bangsa”, diselenggarakan di Natan Book Store & Cafe, Kebayoran Baru Jakarta, Senin (02/07/2024). (Foto Dok.: Arief Tito)

Padang Pariaman (Desa Merdeka) : Negara-negara berkembang menjadi korban dari GDP oriented, yang selalu menghitung perekonomian dan menjadikannya tujuannya.

Demikian disampaikan Prof. Didin S. Damanhuri dalam peluncuran dan diskusi buku karyanya yang bertajuk “Ekonomi Politik Indonesia dan Antar Bangsa” yang diselenggarakan di Natan Book Store & Cafe, Kebayoran Baru Jakarta, Senin (02/07/2024).

Menurut Guru Besar Ekonomi Politik Universitas Paramadina ini, Soeharto merupakan seorang pemimpin negara yang GDP (Gross Domentic Product) Oriented, di era reformasi ini di mana Sri Mulyani memimpin 4 periode Kementerian Keuangan lebih sebagai orang yang neoliberalisme dan mengatakan “tidak mungkin sebuah negara maju dengan pertanian dan koperasi.”

“GDP Oriented mengeksploitasi pedesaan dan tidak kembali lagi ke desa. Dengan ini, akan terjadi middle income trap dan tidak akan terjadi Indonesia emas 2045 yang dicanangkan,” ungkap Didin S. Damanhuri.

Hadir sebagai pembahas Wijayanto Samirin menyatakan bahwa GDP Oriented sering digunakan karena sangat konkrit dan gampang digunakan, diukur dan dimanipulasi.

“Contohnya pulau di Maluku, di mana GDP pulau tersebut dianggap tinggi karena investasi masuk, kapal yang parkir dan lain sebagainya. Tetapi, GDP per kapita ini misleading di mana tingkat kemakmuran masyarakat di pulau tersebut tidak membaik sedangkan angka GDP-nya naik,” tukas Wijayanto.

Menurut Ekonom Universitas Paramadina ini jika hanya berfokus pada GDP maka tidak akan fokus pada sumber pendapatannya, sehingga sektor yang di inject uang menjadi naik GDP-nya.

“Rupiah melemah dibanding mata uang negara lain, karena terlalu fokus pada GDP. Apa solusinya? Harus ada sense of crisis. IMF dan WORLD BANK terlalu diplomatis tetapi memaksa dan menekan habis-habisan, ideologinya harus jelas.”

Fachry Ali editor dan pemberi pengantar buku ini menyatakan keterkejutannya mengenai konsep “degrowth” sebuah kritik atas GDP Oriented. Konsep ini bukan sebuah teori, melainkan gerakan sosial yang dimulai di negara eropa bukan negara berkembang.

“Ekonomi itu kian lama mengklaim dirinya sebagai sains. Kemudian Didin tidak bangga mengklaim ‘ekonomi is a queen of sciences’. Dalam konteks ini lah asumsi-asumsi dasar harus diterapkan di berbagai tempat. Tentu bisa di berbagai negara termasuk negara baru berkembang dan baru merdeka,” ujar Fachry.

Itulah sebabnya dalam perspektifnya sebagai ekonom, menyampaikan anjurannya terhadap pertanian, UMKM, masyarakat dan lembaga masyarakat. Dengan ini menganut paham holistic economic, dan melihat bahwa ekonomi itu adalah bagian integral ‘as a whole’ harus mempunyai pemihakan-pemihakan.

“Kalau kemudian pandangan negara dipusatkan pada pembangunan ekonomi pedesaan maka implikasinya akan banyak yang dapat berpartisipasi di dalamnya, kemudian akan terjadi ‘well of income distribute’ yang lebih adil. Kemudian jika ekonomi dikembangkan dalam sektor finance maka akan banyak yang tertinggal di belakang,” pungkas Fachry.

Follow WhatsApp Channel Desamerdeka.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow
Artikel ini telah dibaca 26 kali

badge-check

Jurnalis

Tinggalkan Balasan

Baca Lainnya

Pemerintah Bentuk Satgas Percepat 70.000 Koperasi Desa Merah Putih, Potong Rantai Pasok Sembako

17 Maret 2025 - 19:26 WIB

210 Ribu Orang Dilatih Kelola Koperasi Desa Merah Putih, Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat Desa

16 Maret 2025 - 08:24 WIB

Wagub Sumbar Temukan Uang Palsu di Pasar Banda Buek, Pemprov Pastikan Keamanan Takjil Ramadan

15 Maret 2025 - 22:55 WIB

NTT Jadi Provinsi Pertama Luncurkan KopDes Merah Putih, Perkuat Ekonomi Nelayan

15 Maret 2025 - 08:26 WIB

Keripik MU: Pemberdayaan Mualaf Mentawai Lewat UMKM Berbasis Potensi Lokal

13 Maret 2025 - 21:01 WIB

Bupati Ende Dorong Pembentukan BUMDes di Setiap Desa, Fokus Peningkatan Ekonomi Lokal

13 Maret 2025 - 15:22 WIB

Trending di EKBIS