Bangli, Bali [DESA MERDEKA] – Desa Penglipuran, salah satu desa wisata terpopuler di Bali, terus berinovasi untuk meningkatkan pengalaman wisatawan. Mengantisipasi lonjakan kunjungan wisatawan, terutama pada momen Natal dan Tahun Baru, desa adat ini membuka area baru berupa hutan bambu seluas 45 hektar.
“Hutan bambu ini bukan hanya sekadar area tambahan,” ujar I Wayan Sumiarsa, Manajer Desa Wisata Penglipuran. “Kami ingin menggabungkan nilai sejarah, budaya, dan kelestarian alam dalam satu paket wisata yang unik.”
Hutan Bambu: Warisan Budaya dan Ekosistem
Hutan bambu di Desa Penglipuran memiliki nilai sejarah dan ekologis yang tinggi. Bagi masyarakat setempat, hutan bambu dianggap sebagai tempat sakral dan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Dengan membuka area ini untuk wisatawan, desa berharap dapat memperkenalkan nilai-nilai budaya dan lingkungan kepada pengunjung.
Atraksi Budaya dan Alam yang Menarik
Selain menikmati keindahan alam hutan bambu, wisatawan juga dapat menyaksikan berbagai atraksi budaya yang digelar secara rutin, seperti pertunjukan barong. Pertunjukan ini akan semakin memperkaya pengalaman wisata di Desa Penglipuran.
“Kami ingin wisatawan tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga merasakan langsung kearifan lokal masyarakat Penglipuran,” tambah Sumiarsa.
Potensi Pengembangan Lebih Lanjut
Prof. I Nyoman Sunarta, seorang akademisi pariwisata, mengapresiasi langkah Desa Penglipuran dalam mengembangkan potensi wisata alam dan budaya. Namun, ia juga menyarankan agar pengelolaan hutan bambu dilakukan secara berkelanjutan.
“Hutan bambu ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi pusat edukasi tentang bambu dan kerajinan bambu,” ujar Sunarta. “Wisatawan dapat belajar tentang proses pembuatan berbagai produk dari bambu, seperti keranjang, alat musik, dan perabot rumah tangga.”
Redaksi Desa Merdeka
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.