Gianyar [DESA MERDEKA] – Desa Suwat, Gianyar, Bali, kembali menyita perhatian dunia dengan tradisi uniknya, Perang Air atau Siyat Yeh. Acara puncak dari Festival Air Suwat ini digelar setiap tahun baru dan selalu berhasil menarik minat wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Pada perayaan ke-10, Rabu (1/1), ratusan warga Suwat tumpah ruah di perempatan desa. Dengan semangat tinggi, mereka saling menyiram air menggunakan gayung sambil diiringi lantunan gamelan baleganjur. Tidak hanya warga lokal, sejumlah wisatawan asing pun ikut berbaur dan merasakan sensasi basah-basahan yang menyegarkan.
Ritual Suci dan Hiburan
Perang Air di Suwat bukan sekadar permainan air semata. Acara ini memiliki makna spiritual yang mendalam sebagai bentuk syukur atas limpahan air yang menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat. Sebelum perang air dimulai, dilakukan ritual penyucian air dengan mantra-mantra khusus.
“Air bagi kami adalah sumber kehidupan. Dengan ritual ini, kami memohon berkah kepada Tuhan agar selalu diberikan kesehatan dan kesejahteraan,” ujar Jro Bendesa Adat Suwat, Ngakan Putu Sudibya.
Wisata Religi dan Budaya
Festival Air Suwat tidak hanya menarik minat wisatawan karena keunikan tradisinya, tetapi juga karena keindahan alam Desa Suwat. Adanya air terjun dan tempat penglukatan membuat desa ini menjadi destinasi wisata religi yang menarik.
“Kami menawarkan paket wisata yang memungkinkan wisatawan untuk menginap di desa, mengikuti ritual, dan merasakan kehidupan sehari-hari masyarakat Suwat,” tambah Sudibya.
Dampak Ekonomi Positif
Keberhasilan Festival Air Suwat dalam menarik wisatawan memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat setempat. Pendapatan dari sektor pariwisata digunakan untuk berbagai keperluan, seperti pembangunan infrastruktur desa dan kesejahteraan masyarakat.
“Keuntungan dari objek wisata air terjun dibagikan kepada seluruh krama. Ini adalah bukti bahwa tradisi dan budaya dapat menjadi sumber pendapatan yang berkelanjutan,” ujar Sudibya.
Pesan Moral
Perang Air Suwat mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga kelestarian alam, menghargai budaya leluhur, dan hidup berdampingan secara harmonis. Acara ini juga membuktikan bahwa pariwisata dapat menjadi alat untuk melestarikan budaya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Redaksi Desa Merdeka
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.