Menu

Mode Gelap
Dari Hoaks ke Harapan: Catatan Dua Hari Bimtek Literasi Informasi di Pekalongan PPID Desa Jadi Kunci Transparansi di Lombok Tengah Sumatera Barat Siap Jadi Green Province 2026, Targetkan Investasi Hijau Rp120 Triliun Peternakan Ayam Diduga Tanpa Izin Resahkan Warga Bekasi Mengubah Citra Petani, Memajukan Ekonomi Sumbar

SOSBUD · 8 Mei 2025 19:30 WIB ·

Haru! Janda Dhuafa Bireuen Segera Huni Rumah Baru


					<em>Camat Peudada, Erry Seprinaldi, bersama Keuchik Faizin dan warga melakukan peletakan batu pertama pembangunan rumah layak huni untuk Nurlaila, janda dhuafa di Desa Garot, Bireuen, Selasa (6/5/2025). Bantuan ini berasal dari Dana Desa setempat.</em> Perbesar

Camat Peudada, Erry Seprinaldi, bersama Keuchik Faizin dan warga melakukan peletakan batu pertama pembangunan rumah layak huni untuk Nurlaila, janda dhuafa di Desa Garot, Bireuen, Selasa (6/5/2025). Bantuan ini berasal dari Dana Desa setempat.

Bireuen [DESA MERDEKA] Kabar gembira datang bagi Nurlaila (55), seorang janda kurang mampu yang tinggal di Desa Garot, Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen. Impiannya untuk memiliki rumah yang layak huni sebentar lagi akan terwujud. Pasalnya, pembangunan rumah baru untuknya telah dimulai, berkat alokasi bantuan dari Dana Desa (DD) setempat.

Proses awal pembangunan rumah tersebut ditandai dengan acara peletakan batu pertama yang dilaksanakan pada Selasa (6/5/2025). Kegiatan simbolis ini dihadiri oleh Camat Peudada, Erry Seprinaldi SSTP MSi, bersama dengan Keuchik Desa Garot, Faizin, Imum Desa Tgk Muslim, serta perangkat desa lainnya. Suasana haru dan bahagia menyelimuti acara tersebut, terutama terpancar dari wajah ceria Nurlaila yang turut menyaksikan prosesi peusijuek (tepung tawar) sebagai bagian dari tradisi setempat.

Rumah yang selama ini ditempati Nurlaila merupakan warisan dari mendiang suaminya dan kondisinya sudah sangat memprihatinkan serta tidak layak untuk dihuni. Dalam satu atap rumah reyot tersebut, Nurlaila tinggal bersama tiga kepala keluarga: dirinya sendiri, putranya Idarwan beserta empat orang anaknya, dan menantunya Fakhruddin dengan tiga orang anaknya.

Pantauan di lokasi menunjukkan betapa memprihatinkannya kondisi rumah yang dibangun pada tahun 1988 tersebut. Dinding rumah sebagian besar terbuat dari papan yang telah lapuk dan dimakan rayap, sementara bagian lainnya menggunakan tripleks yang sudah mengelupas. Ventilasi atau tolak angin yang rusak bahkan diganti dengan penutup plastik seadanya. Lantai di dalam rumah juga sebagian besar sudah rusak, dan area dapur menyatu dengan ruang tidur, menciptakan kondisi hidup yang serba terbatas.

Meskipun hidup dalam keterbatasan, Nurlaila tetap menunjukkan keramahannya dengan menyambut para tamu yang hadir dengan hidangan kopi dan bulukat (nasi ketan), sebagai ungkapan rasa syukur atas bantuan yang telah diterimanya. “Rumah ini peninggalan almarhum suami saya dan kondisinya sudah rusak parah. Kami tinggal di sini bersama anak dan menantu. Alhamdulillah, rumah baru sedang dibangun dengan menggunakan dana desa,” tutur Nurlaila dengan nada haru.

Nurlaila juga mengungkapkan bahwa di desanya masih terdapat beberapa warga lain yang juga tinggal di rumah yang tidak layak huni. “Mungkin rumah kami yang kondisinya paling parah, sehingga mendapatkan prioritas untuk dibangun terlebih dahulu,” ujarnya lirih.

Keuchik Desa Garot, Faizin, menjelaskan bahwa pembangunan rumah untuk Nurlaila merupakan hasil dari musyawarah desa pada tahun ini. Anggaran yang dialokasikan untuk pembangunan rumah layak huni ini sebesar Rp 70 juta, yang bersumber dari Dana Desa.

Lebih lanjut, Keuchik Faizin menyebutkan bahwa selain Nurlaila, masih ada lima warga lain di Desa Garot yang juga tinggal di rumah yang tidak layak huni, yaitu A Hamid, Marbawi, Abdullah Umar, Abdullah Abubakar, dan Nurmasyitah. “Untuk tahun ini, dana desa yang tersedia hanya cukup untuk membangun satu unit rumah. Kami sangat berharap adanya bantuan dari berbagai pihak agar warga lainnya juga dapat segera memiliki rumah yang layak untuk dihuni,” harap Faizin.

Desa Garot sendiri memiliki jumlah penduduk lebih dari 670 jiwa. Sebagian besar mata pencaharian warganya adalah sebagai buruh tani, meskipun desa ini tidak memiliki lahan persawahan sendiri. Secara geografis, Desa Garot berbatasan dengan Desa Jabet dan Blang Beururu di sebelah barat, Meunasah Baroh di timur, Blang Kubu di utara, dan Ara Bungong di selatan.

Follow WhatsApp Channel Desamerdeka.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow
Artikel ini telah dibaca 13 kali

badge-check

Jurnalis

Tinggalkan Balasan

Baca Lainnya

Gelar Adat untuk Fauzi Bahar: Mahyeldi Tekankan Sinergi Pemerintahan

12 Oktober 2025 - 06:14 WIB

Dinsos Sumbar Kirim Ratusan Kilogram Beras untuk Korban Kebakaran

10 Oktober 2025 - 21:41 WIB

PDI Perjuangan Gelar Festival Desa ke-5

5 Oktober 2025 - 06:48 WIB

SMP 4 Ambarawa Kibarkan Batik Patron Ambarawa, Raih Prestasi Gemilang

2 Oktober 2025 - 20:57 WIB

Keuskupan Atambua Gelar Youth Day, Ribuan OMK Hadir

17 September 2025 - 09:53 WIB

Pengobatan Alternatif dan Budaya Jawa Hidup di Pringsewu

15 September 2025 - 20:06 WIB

Trending di SOSBUD