Cigombong, Kabupaten Bogor [DESA MERDEKA] – Kelompok Tani (Poktan) Cibogo Permadani Mandiri (CPM) di Kampung Cibogo, Desa Tugu Jaya, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, kembali menjadi sorotan internasional. Pada Sabtu (24/5/2025), dua warga negara asing (WNA) asal Belanda, Hanneke dan Eliza, secara khusus mengunjungi poktan ini untuk melakukan studi banding dan mendalami rahasia sukses di bidang peternakan domba dan pertanian.
Ketua Poktan CPM, Empud yang akrab disapa Bah Abing, menyambut hangat kedatangan kedua tamunya. Ia menjelaskan bahwa Hanneke dan Eliza bertujuan untuk mempelajari secara langsung praktik peternakan dan pertanian yang telah berhasil dikembangkan oleh kelompoknya. “Kami menjelaskan apa adanya. Mereka datang untuk melakukan studi banding mengenai bidang peternakan dan pertanian,” ujar Bah Abing.
Menurut Bah Abing, para WNA tersebut antusias mempelajari berbagai aspek, mulai dari cara beternak domba yang baik hingga teknik mengolah tanah untuk pertanian yang produktif. Ia juga menyoroti perbedaan mendasar antara kondisi agrikultur di Indonesia dan Belanda. “Mungkin dengan kultur tanah yang berbeda, karena Indonesia dan Belanda tidak sama. Kultur tanah di Belanda dan di Desa Tugu Jaya sangat jauh berbeda, bahkan cuacanya pun jauh berbeda,” jelasnya.
Meskipun demikian, Bah Abing mengungkapkan kekaguman Hanneke dan Eliza terhadap kesuburan tanah di Indonesia. “Yang pasti mereka ingin seperti di Indonesia, tanahnya subur, apa pun yang kita tanam pasti jadi,” tutur Bah Abing, mengutip kesan positif dari para tamunya.
Sementara itu, Kepala Desa Tugu Jaya, Muhammad Rifqi Abdillah, mengonfirmasi bahwa Poktan CPM memang telah mencapai keberhasilan signifikan di sektor peternakan dan pertanian. Keberhasilan ini, menurut Rifqi, bukan kali pertama menarik perhatian pihak asing. “Poktan CPM memang sudah berhasil di bidang peternakan dan pertanian. Bahkan, Poktan CPM bukan hanya kedatangan dari Belanda, melainkan negara lain pun pernah melakukan studi banding ke Poktan CPM, seperti Australia dan lainnya,” terang Rifqi.
Rifqi juga menyebutkan bahwa kunjungan WNA Belanda kali ini bersifat mendadak, sehingga ia berhalangan hadir. “Tadi itu acaranya dadakan, saya tidak bisa hadir karena kebetulan ada acara di luar,” ucapnya.
Lebih lanjut, Kepala Desa Tugu Jaya berharap kunjungan-kunjungan internasional semacam ini dapat terus berlanjut. Ia melihat potensi besar dalam memperkenalkan budaya lokal, khususnya di bidang pertanian, serta potensi desa secara keseluruhan ke kancah global. “Mudah-mudahan dengan banyak kunjungan dari WNA untuk studi banding ke desa ini, bisa menjadi ajang pengenalan budaya pertanian maupun yang lainnya. Dan, Tugu Jaya lebih dikenal baik di negara lain,” harapnya. Dengan demikian, diharapkan manfaat yang lebih luas dapat dirasakan oleh masyarakat Desa Tugu Jaya.

Redaksi Desa Merdeka
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.