Lagi dan lagi, ini bukan tentang Negeri Konoha. Bukan pula tentang Negeri Wakanda.
Jauh di pinggiran negeri, ada daerah yang teramat dingin. Embun menusuki tulang-tulang kaki. Sarung menyelimuti tubuh warga setiap kali berpapasan di jalan.
Hal itu lumrah terjadi. Daerah itu di juluki Kabupaten Bukit Ngison. Orang-orang menyebutnya KBN.
Di KBN itu. Masyarakatnya sedang hiruk-hiruk bicara tentang Caleg. Tokoh-tokoh sibuk nyalon.
Tak ketinggalan, Dull Tiyung ikut nyalon dari Partai Kumbut Piyu atau PKP.
Sedangkan Matt Usak. Ia asyik tidur di rumahnya yang terletak di Umbul Kicut.
Di tengah suara ngorok yang mendesing, tiba-tiba Handphone Matt Usak berbunyi.
“Kring.. kring….!!!” Bunyi HP buatan jepang itu.
Lantas, sambil setengah sadar membuka mata. Matt Usak melihat panggilan Telpon dari Dull Tiyung.
Di angkatnya telpon itu dengan gaya yang menggemaskan.
“Hallllooo…!!!”.
Belum sempat bicara panjang Matt Usak di telpon itu. Dull Tiyung lantas berbicara tegas.
“Wuii Matt, orang pada sibuk nyalon…!!, dimana kamu Matt…!! bangun lagi, Pedom terus kamu, ayo nyalon..!!!” Tegas Dull Tiyung mengawali inti pembicaraan.
Matt Usak terdiam sesaat. Ia tak langsung menjawab celotehan Dull Tiyung. Celotehan itu menurutnya hanya gegaya-an.
Nyalon tak punya modal. Rokok saja masih minta kawan dari kiri-kanan.
“Wuii Matt, ke rumah aja, berkas mu saya bantu. Partai kita juga ada” lanjut Dull Tiyung yang semakin ke pedee-an dan semakin gegaya-an.
Kesal mendengar suara Dull Tiyung. Matt Usak lantas menjawab.
“Dull.. gak usah gegaya-an mau nyalon, mending upahan mutil kopi di kebon atau upahan ngebajak di sawah orang, hasilnya lebih jelas.” Sergah Matt Usak dengan nada kesal.
Lanjut Matt Usak. “Menurutku, kamu hanya memenuhi Jumlah Kuota Partai Dull. Partai mu belum terkenal, sulit kamu untuk menang. Apalagi tanpa ciss.. gak mungkin ada warga melirik mu”.
“Saya bukan hanya menolak ajakan mu Dull Tiyung, Tapi juga menyarankan kamu untuk tidak usah lanjut nyalon”. Tegas Matt Usak.
Dull Tiyung tertawa menanggapi penolakan dan saran dari Matt Usak.
“Yasudahlah klo kamu tidak mau” ucap Dull Tiyung sembari mematikan hp-nya dengan ketawa yang terkesan sombong.
Malam makin gelap. Pagi tak kunjung tiba.
Dull tiyung dilanda gelisah, merenungi perkataan Matt Usak.
Dalam hati Dull Tiyung akan tetap jadi caleg. Perkataan Matt Usak hanyalah kerikil kecil yang berusaha menjatuhkan.
“Saya ini aktivis. mana mungkin jatuh karena kerikil kecil dan butiran debu. Saya tetap pada pendirian. menjadi caleg”. terbesit dalam hati dan fikiran Dull Tiyung yang paling dalam.
Dull lantas berfikir mengeluarkan jurus ngolah-ngolah yang lama tak ia keluarkan.
“Bohir-bohir disini harus bersatu padu membackup saya, sebagai pemodal. Nanti janji-janji angin akan saya keluarkan untuk meyakinkan mereka.” Kata Dull Tiyung dalam hati.
Ia tak sabar menunggu matahari terbit esok hari. Ia menunggu sambil menyusun strategi bawah siring.
Tak sadar. Ia terlelap ketiduran, dan tak bangun-bangun. Hingga 2 hari tertidur.
Saat ia terbangun. Pendaftaran telah di tutup. Dan ia gagal jadi caleg.
Penyesalannya, karena terlalu lelap tertidur dan kebanyakan bermimpi. Kebanyakan mimpi tanpa pernah bangun dan bangkit mewujudkan mimpi itu.
Akhirnya, ia tetap jadi Caleg (Calon Legowo). Legowo menerima kenyataan, bahwa ia tak bisa apa-apa. Dan tidak berbuat apa-apa. Hanya mimpi. (*)
NB: Cerita ini hanyalah fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, tokoh maupun peristiwa, itu hanyalah kebetulan.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.