Menu

Mode Gelap
11 Desa di PALI Terendam Banjir, Polisi Siaga Evakuasi dan Koordinasi Bantuan Program Sejahtera dari Desa Lombok Barat: Bukan Bagi Uang, Tapi Pengembangan Potensi Desa Mobil Siaga Desa Bermasalah, Bupati Situbondo Tegas Lakukan Pembinaan Pemilihan PAW Kades Sekara Ricuh, Warga Tuding Ada Intervensi dan Nepotisme Dana Desa Aceh Singkil 2025 Tertunda, Ini Penyebabnya

LINGKUNGAN · 25 Feb 2025 18:18 WIB ·

Pulau Kongsi, Kepulauan Seribu, Diupayakan Jadi Desa Perikanan Cerdas


					Pulau Kongsi, Kepulauan Seribu, Diupayakan Jadi Desa Perikanan Cerdas Perbesar

Jakarta [DESA MERDEKA] – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya menjadikan Pulau Kongsi di Kepulauan Seribu sebagai Desa Perikanan Cerdas. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus memastikan pengelolaan sumber daya alam berjalan berkelanjutan.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (BPPSDMKP) KKP, I Nyoman Radiarta, menjelaskan bahwa upaya ini diwujudkan dengan melengkapi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (KKPRL).

“Di Pulau Kongsi, Balai Riset Perikanan Laut (BRPL), yang merupakan unit pelaksana teknis BPPSDMKP KKP, mengurus KKPRL untuk menyulap pulau tersebut menjadi desa perikanan cerdas melalui program Smart Fisheries Village (SFV) di perairan seluas 7,91 hektare,” kata Nyoman di Jakarta, Senin.

Ia menegaskan bahwa KKP mewajibkan kepemilikan dokumen KKPRL bagi siapa pun yang ingin melakukan kegiatan menetap di ruang laut. Aturan ini berlaku untuk semua pihak, termasuk unit kerja di bawah kementerian.

“Pemanfaatan ruang laut untuk kegiatan pelatihan dan pendidikan kelautan dan perikanan di perairan Pulau Kongsi telah memiliki KKPRL yang terbit 13 Januari lalu,” ujar Nyoman.

Pulau Kongsi merupakan salah satu pulau kecil di Indonesia dengan luas hanya 1,67 hektare. Di pulau ini, BRPL mengelola dua kavling tanah seluas 1.989 meter persegi untuk pelaksanaan pelatihan dan pendidikan vokasi kelautan dan perikanan.

Kegiatan yang dilakukan berupa pelatihan atau bimbingan teknis kepada masyarakat, serta pelayanan magang bagi mahasiswa dan taruna dari berbagai kampus di Indonesia. Selain daratan, BRPL juga mengelola ruang laut yang luasnya 40 kali lipat dari wilayah daratan yang saat ini sudah memiliki KKPRL.

Kepala BRPL Kongsi, Luthfi Assadad, mengatakan bahwa penerbitan dokumen KKPRL adalah bentuk kepatuhan pihaknya terhadap ketentuan dan regulasi yang berlaku di Indonesia terkait dengan tata ruang laut dan perizinan pemanfaatannya.

“Sesuai aturan yang berlaku dan arahan Pak Kepala Badan, kami mengajukan perizinan KKPRL. Jadi, satuan kerja yang memiliki aset tanah berbatasan dengan perairan laut, atau memiliki kegiatan di perairan laut, harus mengurus KKPRL,” jelas Luthfi.

Pelayanan publik yang diselenggarakan di Pulau Kongsi sangat erat kaitannya dengan penyuluhan dan pengembangan sumber daya manusia kelautan dan perikanan. Terlebih dengan telah ditetapkannya lokasi ini sebagai SFV UPT Pulau Kongsi pada tahun 2024.

Berbagai kegiatan bimbingan teknis dan peningkatan kapasitas penyuluh perikanan telah dilaksanakan, serta melayani pelajar magang, praktik kerja akhir/tugas akhir mahasiswa dan taruna dari berbagai kampus di Indonesia.

Setelah mengantongi izin KKPRL, SFV Pulau Kongsi semakin ditingkatkan fasilitasnya, termasuk keilmuan yang ditawarkan seperti bidang konservasi, perikanan tangkap, ekowisata bahari, lingkungan perairan, dan budidaya rumput laut.

Pengembangan program SFV Pulau Kongsi diyakini meningkatkan animo pelajar untuk magang. Jika sepanjang tahun 2024 terdapat 19 orang mahasiswa dan taruna dari enam kampus yang mengikuti magang di Pulau Kongsi, sepanjang tahun ini tercatat 22 mahasiswa dan taruna.

Hal ini sekaligus menegaskan tidak berkurangnya layanan KKP di tengah efisiensi anggaran yang diberlakukan pemerintah pusat.

“Hal ini semakin menegaskan bahwa meskipun terdapat instruksi efisiensi belanja untuk pelaksanaan APBN, pelaksanaan pelayanan publik tetap nomor satu,” imbuh Luthfi.

SFV merupakan pembangunan desa perikanan dari hulu ke hilir yang berbasis penerapan teknologi informasi komunikasi dan manajemen tepat guna berkelanjutan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat desa dalam rangka mendukung program prioritas KKP untuk strategi implementasi ekonomi biru.

Konsep SFV digunakan sebagai sarana pengembangan SDM baik dari aspek pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan, serta sebagai sarana inkubasi bisnis untuk mencetak start up di bidang kelautan dan perikanan.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, memastikan seluruh kegiatan di ruang laut harus mengantongi izin KKPRL. Pihaknya memperketat pengawasan untuk menjaga iklim usaha yang sehat di laut, serta menjaga keberlanjutan ekosistem.

Follow WhatsApp Channel Desamerdeka.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow
Artikel ini telah dibaca 13 kali

badge-check

Jurnalis

Tinggalkan Balasan

Baca Lainnya

Longsor Karta Dewa: Bangsal Ambruk, Warga Resah, Tambang Batu Bara Diduga Pemicu

15 Maret 2025 - 22:08 WIB

11 Desa di PALI Terendam Banjir, Polisi Siaga Evakuasi dan Koordinasi Bantuan

14 Maret 2025 - 20:49 WIB

Viral! Tumpukan Sampah Ilegal Cemari Bantaran Kali Cileungsi, Warga Gunung Putri Resah

14 Maret 2025 - 17:30 WIB

99 Desa di NTT Andalkan Air Hujan, Pemerintah Cari Solusi Air Bersih

13 Maret 2025 - 14:23 WIB

Cegah Balap Liar dan Tawuran, Polsek Talang Ubi Gelar Patroli Subuh Rutin

13 Maret 2025 - 07:40 WIB

Ancaman Rob di Halmahera Selatan: Desa Kusubibi Berjuang Melawan Kenaikan Air Laut

12 Maret 2025 - 23:09 WIB

Trending di LINGKUNGAN