Menu

Mode Gelap
11 Desa di PALI Terendam Banjir, Polisi Siaga Evakuasi dan Koordinasi Bantuan Program Sejahtera dari Desa Lombok Barat: Bukan Bagi Uang, Tapi Pengembangan Potensi Desa Mobil Siaga Desa Bermasalah, Bupati Situbondo Tegas Lakukan Pembinaan Pemilihan PAW Kades Sekara Ricuh, Warga Tuding Ada Intervensi dan Nepotisme Dana Desa Aceh Singkil 2025 Tertunda, Ini Penyebabnya

PENDIDIKAN · 23 Feb 2025 18:35 WIB ·

Pemuda dan Kebudayaan: Menghidupkan Kembali Warisan Leluhur


					Pemuda dan Kebudayaan: Menghidupkan Kembali Warisan Leluhur Perbesar

Magelang [ DESA MERDEKA ] – Pemuda memiliki peran penting dalam menjaga dan mengembangkan kebudayaan Indonesia, terutama di era globalisasi yang semakin pesat. Dalam diskusi kebudayaan yang digelar oleh DPW PMPI Jawa Tengah yang berlangsung pada 15/02/2025, para tokoh menegaskan bahwa teknologi harus dimanfaatkan untuk melestarikan warisan budaya yang mulai memudar. Acara ini menghadirkan berbagai narasumber dari kalangan budayawan dan akademisi yang memberikan gagasan serta dorongan bagi generasi muda agar lebih aktif dalam menjaga nilai-nilai luhur bangsa. Sejumlah tokoh budaya dan akademisi turut hadir, memberikan gagasan serta dorongan bagi generasi muda agar lebih aktif dalam menjaga nilai-nilai luhur bangsa.

Foto bersama narasumber & peserta acara parade kebudayaan di Magelang

Ketua DPW PMPI Jawa Tengah, Riril Widi Handoko, dalam sambutannya menyampaikan bahwa meskipun kondisi negara tidak selalu stabil, masyarakat harus tetap berkontribusi, sekecil apa pun. “Departemen Riset dan Pendidikan DPW PMPI Jawa Tengah telah meluncurkan buku berjudul ‘Demi Indonesia’ sebagai bentuk upaya dalam menjaga dan mengembangkan budaya bangsa,” ujarnya. Ia menekankan bahwa budaya adalah identitas bangsa yang harus tetap dijaga dan diwariskan kepada generasi berikutnya.

Habib Fata turut menekankan pentingnya kecintaan terhadap tanah air dalam aspek kebudayaan. “Budaya kita adalah jati diri bangsa. Jika kita tidak menjaga dan melestarikannya, maka kita kehilangan arah,” tuturnya. Ia mendorong generasi muda untuk mulai berpikir mengenai kondisi budaya saat ini dan mencari cara untuk menjaga serta menumbuhkan rasa cinta terhadap warisan leluhur. “Jangan sampai budaya kita terlupakan atau bahkan terhapus oleh zaman,” tegasnya.

Sementara itu, Mbah Tanto menggarisbawahi bahwa kemajuan teknologi digital harus diperbarui dan dimanfaatkan untuk mendukung kebudayaan. Ia menyoroti bahwa Borobudur bukan hanya sekadar peninggalan sejarah, tetapi juga simbol peradaban yang harus terus dipelihara. “Borobudur adalah bukti kejayaan budaya kita di masa lalu. Ini bukan hanya monumen, tetapi juga saksi bisu perjalanan bangsa kita. Jika kita abai, maka generasi mendatang tidak akan mengenali akar budayanya sendiri,” ungkapnya. “Budaya bukan hanya tentang bahasa, tetapi juga mencakup pertanian dan sejarah agro,” tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Prof. Sugiarto menegaskan perlunya menghidupkan kembali kebudayaan Mataram Kuno dengan menanamkan nilai-nilai budaya dalam kehidupan sehari-hari. “Kebudayaan bukan sekadar simbol, tetapi nilai yang membentuk karakter bangsa. Jika kita tidak menghargai sejarah, kita tidak bisa membangun masa depan yang kuat,” jelasnya. Ia juga menyoroti pentingnya menggalakkan kembali sistem pertanian tradisional yang memiliki nilai sosial lebih tinggi dibandingkan sekadar orientasi keuntungan semata. “Pertanian tradisional bukan sekadar cara bercocok tanam, tetapi juga mencerminkan keseimbangan antara manusia dan alam,” tambahnya.

Isu ketahanan pangan juga menjadi perhatian utama dalam diskusi ini. Para tokoh sepakat bahwa kemandirian pangan harus dimulai dari individu dengan kembali bertani. “Ketahanan pangan adalah fondasi kedaulatan bangsa. Jika kita tidak bisa mencukupi kebutuhan pangan sendiri, maka kita akan selalu bergantung pada pihak luar,” ujar salah satu peserta diskusi. “Ketahanan pangan harus selalu bersanding dengan nilai sosial. Rasa empati dan simpati antar sesama tidak boleh hilang dalam masyarakat kita,” tambahnya.

Diskusi ini menegaskan bahwa pemuda adalah cerminan para pendahulu dan harus semakin semangat serta produktif dalam menjaga budaya bangsa. Teknologi diharapkan menjadi alat untuk menghidupkan kembali nilai-nilai kemasyarakatan yang mulai tergerus serta menggerakkan kembali budaya yang hampir punah.

Pengirim: Imamu Muttaqin dan A’isy Hanif Firdaus

Editor : Sahrul

 

 

Follow WhatsApp Channel Desamerdeka.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow
Artikel ini telah dibaca 13 kali

badge-check

Jurnalis

Tinggalkan Balasan

Baca Lainnya

Atasi Keterbatasan Sekolah, Disdik Tana Tidung Sediakan Bus untuk Siswa Desa Belaian Ari

15 Maret 2025 - 19:46 WIB

Satgas Pelajar Parungpanjang Gelar Pesantren Kilat, Bentuk Karakter Pemuda Berakhlak Mulia

15 Maret 2025 - 13:20 WIB

Ramadan Go Digital: Pemuda Desa Nanggung Kuasai Produksi Konten Kreatif

12 Maret 2025 - 07:58 WIB

Anak-Anak Desa Hutan di Lampung Jadi Duta Konservasi Burung

25 Februari 2025 - 14:03 WIB

Akademisi Tingkatkan Kapasitas Pengrajin Anyaman Lontar di Desa Popo, Takalar

25 Februari 2025 - 13:07 WIB

476 Santri Gontor Belajar Membatik di Sentra Batik Gemawang

24 Februari 2025 - 17:13 WIB

Trending di PENDIDIKAN