Wonogiri : Untuk menciptakan sekolah ramah anak, ada berbagai cara yang bisa dilakukan oleh sekolah. Seperti halnya yang dilakukan oleh sekolah satu ini. Dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke 95, SD Negeri 2 Watuagung Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri mengadakan kegiatan lomba video amatir anti bulliying.
Ide lomba ini bermula dari ombrolan dari beberapa siswa yang sering menceritakan isu-isu yang marak terjadi akhir-akhir ini yaitu tentang bulliying. Selain itu, anak-anak juga ketika istirahat juga sering cerita tentang media sosial yang mereka gunakan, seperti tiktok dan Instagram. Bahkan dari mereka ada yang sudah mempunyi follower mencapai 6K.
Berawal dari obrolan-obrolan tersebut, maka sekolah harus berperan aktif dan positif untuk memfasilitasi ide-ide kreatif mereka. Maka dari itu, pada hari Sabtu (7/10/2023) bertempat di ruang kepala sekolah, beberapa siswa diajak berdiskusi untuk membuat kegiatan yang positif dalam rangka memperingati hari sumpah pemuda.
Peserta diskusi adalah anak-anak kelas 5 dan kelas 6, mereka menyampaikan gagasan-gagasannya dalam membuat kraetivitas menggunakan Handphone. Salah satu ide mereka yaitu membuat video pendek. Dalam diskusi mereka mengajukan dua tema yaitu tentang Penguatan Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) serta tentang pencegahan Bulliying.
Rana siswa kelas 5 mengusulkan membuat video pendek atau semacam film pendek tentang Penguatan Profil Pelajar Pancasila karena sudah mengalami pembelajaran tinggal membuat kelompok. Sedangkan Bima dan Satria siswa kelas 6 untuk membuat dua-duanya. Kemudian dari teman-teman mereka mengusulkan satu tema saja tapi bisa menyangkut dua tema. Maka Gito selaku kepala sekolah menengahi dan mengusulkan tema dibuat Anti Bulliying wujud sebagai Pelajar Pancasila. Dan tanpa berpikir panjang semua menyetujui.
Kemudian mereka mengusulkan supaya kepala sekolah menyediakan hadiah. Hadiah tidak harus mewah tapi bermanfaat. Dan mereka bersepakat untuk hadiahnya adalah uang dengan total Rp 300.000, 00. dan piagam. Dengan kejuaraan diambil dari juara 1,2,3 dan harapan 1,2,3.
Kepala sekolah kemudian menyetujui, namun lomba harus bisa melibatkan semua siswa dari kelas 1 sampai kelas 6. Maka atas usul Trisha, lomba dibuat berkelompok, masing-masing kelompok terdiri 5 anak dan dari 5 anak tersebut harus melibatkan kelas yang berbeda. Sedangkan anak yang tidak mempunyai HP dapat bergabung dengan yang mempunyai HP.
Lebih lanjut, Gito sebagai Kepala Sekolah mengatakan, “Lomba ini spontan tanpa perencanaan. Berawal ketika beberapa anak menceritakan hasil kegiatan P5 dan belajar kelompoknya yang didokumentasikannya meminta injin dibuat video dan diunggah ke tiktok. Dari hal tersebut, kemudian mereka semua saya ajak berdiskusi di ruangan saya. Saya dengarkan ide-idenya. Maka saya sarankan, jika mau membuat lomba saja, apalagi bulan ini ada bulan yang bagus yaitu Sumpah Pemuda. Mereka pun pada setuju, kemudian aturan lomba atau syarat-syarat mereka yang menentukan seperti durasi video, waktu lomba, bahkan usulan hadiahnya.”
“Saya iyakan saja usulan-usalan mereka dan saya catat. Kemudian untuk pembuatan flayer saya minta tolong pada Pak Ardian guru kelas 6 untuk merangkumkan. Setelah selesai, sebelum dibagikan saya suruh mengoreksi terlebih dahulu, maka Rana saya panggil, dan laptopnya dibawa ke kelas untuk dicermati dan dibaca bersama. Karena saya juga kurang memahami media sosial, maka Bima, Satria, dan Rana mengajari membuat tiktok dan Instagram. Kemudian Bima menguslkan kalau nanti lombanya diunggah di instagram saja. Jadi dalam diskusi ini, saya hanya mencoba memfasilitasi tanpa intervensi, karena anak-anak sudah hidup pada zamannya. Mereka tidak bisa dilarang menggunakan HP maupun bermedia sosial, namun mereka bisa kita arahkan untuk hal-hal yang positif, yaitu bermedia sosial dengan baik dan bijak” Terang Gito lebih lanjut.
Antusias terlihat dari raut wajah mereka, ketika jam istirahat terlihat beberapa anak mencari anggota sebagai kelompok mereka, dari kelas tinggi mencari kelas bawah untuk dijadikan sebagai anggota kelompoknya. Dari kegiatan ini, sekolah mencoba hal baru, yaitu melibatkan anak-anak terjun langsung dalam pencegahan bulliying. Menggandeng temannya dalam berkelompok yang berbeda umur dan latar belakang untuk saling berteman dan saling menyayangi. Selain itu, juga memberikan ruang pada mereka untuk berkreativitas serta menggunakan media sosial dengan baik dan bijak. Stop Bulliying ciptakan sekolah ramah anak.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.