Padang Pariaman (Desa Merdeka) : Rasa cokelat (kakao) yang manis dan banyak digemari orang ternyata tak semanis kehidupan petaninya.
Hal ini dirasakan oleh pak Harmadi sering disapa pak Edi sebagai petani cokelat sejak 19 tahun lalu (tahun 2004). Ketika dicanangkannya ikon cokelat untuk Kabupaten Padang Pariaman Sumatera Barat oleh Bupati Muslim Kasim (alm).
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Padang Pariaman menyalurkan secara gratis Varietas TSH 858 untuk ditanam oleh masyarakat waktu itu berasal dari biji cokelat.
Sempat mengalami kemajuan berarti atau ‘Booming’ pada tahun 2013 dengan dikeluarkannya merek ‘Adam Cokelat’ oleh Bupati Ali Mukhni (periode tahun 2010 – 2021). Disuguhkan di outlet Lapau Cokelat sebagai Pusat Jajanan Khas Padang Pariaman terletak di areal menuju BIM – Bandara Internasional Minangkabau.
“Berselang beberapa tahun kemudian, pohon cokelat kami mengalami sakit dan tak ada obatnya. Sehingga banyak warga yang menebang pohon cokelatnya,” ungkap pak Edi kepada pewarta media desamerdeka.id pada hari Sabtu (23/09/2023) lalu.
Pak Edi melanjutkan, “Tidak semua saya tebang, saya masih menyisakan 100 batang pohon kakao dengan menggunakan sistem ‘Sambung Samping’. Saya belajar dari pak Surya. Kemudian saya diajari ‘Sambung Pucuk’ untuk tanaman cokelat berikutnya menggunakan klon MCC 02. Kemudian saya sisipkan di lahan yang masih tersisa.”
Adi Surya, SP adalah petugas penyuluh pertanian dimana rumah tinggal orang tuanya berdekatan dengan rumah pak Edi, beda korong. Pak Edi di Korong Bunga Tanjung, sedangkan Adi Surya di Korong Lansano Nagari Sikucur Kecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman. Saat ini Adi Surya diamanahkan sebagai Koordinator Penyuluh (Korluh) di Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam.
Pak Edi menaruh harapan kepada Pemkab Padang Pariaman serta pihak-pihak yang peduli untuk kembali ‘mambangkikkan batang tarandam’ (Bahasa Minang: membangkitkan kembali masa kejayaan cokelat).
“Harapan ke depan, menggunakan tanaman cokelat ‘Sambung Pucuk’ klon MCC 02 akan mampu ‘mambangkikkan batang tarandam’ cokelat di Padang Pariaman. Semoga Pemkab Padang Pariaman serta pihak-pihak yang peduli menaruh perhatian kepada kami sebagai petani cokelat yang tersisa,” pungkas pak Edi mengakhiri pembicaraan.
Penggiat Desa. Lakukan yang Perlu saja (Prioritas).
Kita Gak perlu memenangkan semua Pertempuran.
Tinggal di Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.