Banyumas (DESA MERDEKA) – Festival Banjoemas Kota Lama yang diselenggarakan oleh Pemkab Banyumas sejak Jumat, 5 Juli 2024, ditutup dengan acara Ruwat Sukerta pada Minggu, 7 Juli 2024. Acara ini berlangsung di Halaman Bale Adipati Mrapat, Kawasan Banjoemas Kota Lama, Kecamatan Banyumas, dan diikuti oleh 18 peserta yang masuk kategori sukerta, termasuk ontang anting, tunggak aren, pancuran kapit sendang, kedhana kedhini, dan kelungse.
Pj Bupati Banyumas, Hanung Cahyo Saputro, menyatakan bahwa acara tersebut adalah bagian dari rangkaian tiga hari event budaya di Kota Lama Banyumas. Menurutnya, kegiatan ini merupakan warisan budaya dari leluhur yang harus dilestarikan.
“Ini merupakan rangkaian tiga hari event budaya di Kota Lama Banyumas. Hari ini kita akan melaksanakan ruwat untuk menghilangkan Sukerta. Ini merupakan warisan nilai budaya dari leluhur yang harus kita lestarikan. Mudah-mudahan ini menjadi event budaya tahunan yang bisa mengangkat pariwisata di Banyumas,” ujarnya.
Dalam prosesi ruwat, peserta membalut diri dengan kain putih setelah sebelumnya dimandikan dengan kembang setaman. Prosesi dilanjutkan dengan upacara potong rambut dan sungkeman untuk memohon doa restu kepada orangtua. Selama prosesi, peserta diiringi oleh penari dari Sanggar Tari Panjimas Banyumas yang menampilkan tari Murwo Kolo.
“Murwo Kolo adalah tari ruwatan untuk membuang Sukerta atau kesukaran dalam hidup. Kami menampilkan tari yang diiringi musik rebana, dengan lirik permohonan kepada Tuhan untuk kesehatan, kelancaran, dan kebahagiaan dalam hidup,” jelas Pembina Sanggar Tari Panjimas Banyumas, Suyati.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Fendi Rudianto, menambahkan bahwa Ruwat Sukerta adalah puncak acara Festival Banjoemas Kota Lama. Selama festival, pengunjung dapat berbincang mengenai budaya Banyumasan, menyaksikan pementasan seni dan atraksi budaya dari 12 desa penyangga Kawasan Banyumas Kota Lama, serta menikmati pameran UMKM dan Tour Banjoemas Kota Lama yang menampilkan bangunan bersejarah bergaya kolonial, Tionghoa, dan Jawa.
“Ruwat Sukerta adalah puncak acara. Ini merupakan ritual budaya untuk membuang sial atau sengkala dengan tradisi khusus. Tahun ini, yang diruwat sebanyak 18 orang, termasuk tiga peserta dari luar kota yaitu Temanggung,” katanya.

Nanang Anna Noor, Jurnalis berpengalaman di media cetak,online dan televisi. Nanang Anna Noor juga seorang aktor film dan penyair Indonesia.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.