Menu

Mode Gelap
11 Desa di PALI Terendam Banjir, Polisi Siaga Evakuasi dan Koordinasi Bantuan Program Sejahtera dari Desa Lombok Barat: Bukan Bagi Uang, Tapi Pengembangan Potensi Desa Mobil Siaga Desa Bermasalah, Bupati Situbondo Tegas Lakukan Pembinaan Pemilihan PAW Kades Sekara Ricuh, Warga Tuding Ada Intervensi dan Nepotisme Dana Desa Aceh Singkil 2025 Tertunda, Ini Penyebabnya

JALAN JAJAN · 23 Feb 2025 18:32 WIB ·

Desa Labuhan Ratu IX: Surga Burung Liar yang Menarik Wisatawan


					<em>Angga Maulana, pemuda asal Desa Labuhan Ratu IX atau Desa Plangijo, menunjukkan berbagai jenis spesies burung liar di area Taman Nasional Way Kambas. (ANTARA)</em> Perbesar

Angga Maulana, pemuda asal Desa Labuhan Ratu IX atau Desa Plangijo, menunjukkan berbagai jenis spesies burung liar di area Taman Nasional Way Kambas. (ANTARA)

Labuhan Ratu IX, Lampung [DESA MERDEKA] – Kicauan burung liar yang merdu menyambut pagi di Desa Labuhan Ratu IX, sebuah desa yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung Timur. Desa ini tidak hanya menawarkan keindahan alam yang asri, tetapi juga pengalaman wisata yang unik dan edukatif, yaitu avitourism atau wisata pengamatan burung.

Desa Labuhan Ratu IX, yang juga dikenal sebagai Desa Plangijo, memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa, terutama jenis burungnya. Tercatat ada 77 jenis burung liar yang sering terlihat di desa ini. Hal ini menjadikan Desa Labuhan Ratu IX sebagai surga bagi para pengamat burung dan pecinta alam.

Namun, keberadaan burung-burung liar ini tidak lepas dari ancaman kepunahan. Perambahan hutan dan perburuan liar menjadi beberapa faktor yang menyebabkan populasi burung liar semakin menurun. Oleh karena itu, masyarakat Desa Labuhan Ratu IX berupaya untuk melestarikan burung-burung liar melalui program konservasi yang melibatkan wisatawan.

Salah satu program konservasi yang unik di desa ini adalah program adopsi sarang dan adopsi pakan burung liar. Melalui program ini, wisatawan dapat berpartisipasi langsung dalam upaya pelestarian burung liar dengan menjadi “orang tua asuh” bagi burung-burung liar yang ada di desa ini.

Adopsi Sarang Burung

Wisatawan yang tertarik dapat melaporkan sarang burung yang mereka temukan kepada petugas pemandu wisata pengamatan burung. Selanjutnya, petugas akan mengidentifikasi spesies burung dan status kelangkaannya. Jika memenuhi kriteria, informasi mengenai sarang burung tersebut akan disebarluaskan melalui media sosial untuk mencari adopter atau orang tua asuh.

Orang tua asuh akan memberikan donasi yang akan digunakan untuk merawat sarang burung hingga menetas dan burung-burung liar dapat terbang bebas. Menariknya, selama proses perawatan, lokasi sarang tidak akan dipindahkan dari habitat aslinya. Perkembangan sarang akan diawasi secara berkala dan orang tua asuh akan mendapatkan informasi terbaru melalui foto dan video.

Adopsi Pakan Burung

Selain adopsi sarang, ada juga program adopsi pakan burung liar. Konsepnya serupa dengan adopsi sarang, yaitu mengumpulkan donasi dari masyarakat umum sebagai orang tua asuh. Namun, dana yang terkumpul akan digunakan untuk membuat kantong habitat burung dari kebun yang tidak terpakai.

Di lahan tersebut, wisatawan atau orang tua asuh burung liar akan diajak untuk menanam pakan burung, seperti pohon salam, pepaya, dan pisang. Dengan harapan, di kemudian hari burung-burung liar mendapatkan pasokan pakan dari tanaman yang ditanam oleh wisatawan.

Potensi Desa Wisata Avitourism

Melalui program konservasi yang unik ini, Desa Labuhan Ratu IX tidak hanya menjadi tempat yang nyaman bagi burung liar, tetapi juga menjadi daya tarik wisata yang menarik bagi wisatawan. Wisatawan yang datang ke desa ini dapat menikmati keindahan alam sambil belajar tentang pentingnya konservasi burung liar.

Angga Maulana, seorang pemuda Desa Labuhan Ratu IX yang aktif dalam kegiatan penyadartahuan konservasi burung liar sekaligus pemandu tur pengamatan burung, berharap bahwa program ini dapat terus berkembang dan menjadikan desa ini sebagai tujuan wisata utama avitourism serta menjadi kampung ramah burung pertama di Sumatera.

“Kami ingin burung-burung liar betah bermain dan tinggal di desa ini,” kata Angga. “Sehingga pada akhirnya desa ini memiliki banyak spesies burung yang dapat diamati dan menjadi daya tarik wisata yang unik.”

Follow WhatsApp Channel Desamerdeka.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow
Artikel ini telah dibaca 5 kali

badge-check

Jurnalis

Tinggalkan Balasan

Baca Lainnya

DPR RI Soroti Pentingnya SDM dalam Pengembangan Desa Wisata di Kabupaten Semarang

15 Maret 2025 - 14:36 WIB

Desa Wisata Randuwana Pasuruan Mangkrak, Pemerintah Desa Diduga Acuh

2 Maret 2025 - 13:45 WIB

Wae Rebo Kembali Dibuka 10 Maret 2025, Siap Sambut Wisatawan!

2 Maret 2025 - 08:55 WIB

Ekowisata Pegunungan Arfak: Masyarakat Lokal Nikmati Manfaat Ekonomi, PAD Papua Barat Meningkat

28 Februari 2025 - 08:32 WIB

Pantai Cemara Abudenok: Destinasi Wisata Unggulan Malaka Targetkan Peningkatan PAD

27 Februari 2025 - 20:18 WIB

Kaltara Dorong Desa Pimping Ikuti ADWI 2025

24 Februari 2025 - 18:25 WIB

Trending di JALAN JAJAN