Menu

Mode Gelap
Korban Bencana Sumatra Capai 303 Jiwa, Sumut Paling Terdampak Akses Darurat dan Data Tunggal Kunci Penanganan Bencana Sumbar Dana Desa Tahap II Gagal Cair, Program Pembangunan Mangkrak 24 Desa Jember Masih Blank Spot, DPRD Desak Diskominfo Pengamanan Ketat Kawal Pencairan Dana Desa Tolikara Berjalan Lancar

OPINI · 3 Des 2025 08:53 WIB ·

Creators Lab Banjarnegara: Hubungkan UMKM Desa ke Panggung Ekonomi Digital Indonesia


					Creators Lab Banjarnegara: Hubungkan UMKM Desa ke Panggung Ekonomi Digital Indonesia Perbesar

Opini [DESA MERDEKA] Di lereng pegunungan Dieng, Banjarnegara dikenal dengan kentang, gula kelapa, dan kerajinan bambunya. Namun, pada 2025, daerah ini mulai dikenal karena sesuatu yang baru: lahirnya generasi pelaku UMKM yang belajar menjadi kreator digital. Melalui program Creators Lab, Tokopedia dan TikTok Shop melatih 200 UMKM Banjarnegara untuk membuat konten video yang mampu menembus pasar nasional.

Program ini bukan sekadar pelatihan biasa. Ia adalah bagian dari transformasi besar untuk mengurangi kesenjangan digital yang selama ini menahan UMKM daerah dari kesempatan pasar yang lebih luas. Banjarnegara adalah gambaran Indonesia sesungguhnya: daerah dengan potensi ekonomi kuat, tetapi belum sepenuhnya terkoneksi dengan ekosistem digital.

Beberapa data memperlihatkan tantangan ini:

  • 99,9% usaha di Indonesia adalah UMKM, menyerap 97% tenaga kerja dan menyumbang 61% PDB nasional (KemenkopUKM, 2024).

  • Namun tingkat digitalisasi UMKM masih rendah: baru 24,9% UMKM yang terhubung digital (Kominfo, 2024).

  • Di Jawa Tengah, penetrasi UMKM digital tercatat sekitar 30–32%, tetapi di kabupaten non-metropolitan seperti Banjarnegara, angkanya jauh lebih rendah.

  • Survei Tokopedia (2024) juga menyebutkan bahwa lebih dari 60% UMKM di kabupaten menghadapi kendala teknis dalam membuat konten digital, terutama video.

Artinya, program digitalisasi tidak hanya dibutuhkan—tetapi sangat mendesak agar UMKM daerah tidak tertinggal dari arus ekonomi digital.

Dalam Creators Lab, para peserta tidak sekadar belajar membuat video pendek. Mereka mempelajari: teknik produksi menggunakan gawai sederhana, pencahayaan natural untuk produk pertanian dan kerajinan, storytelling yang mampu mengangkat ciri khas lokal, dancara memanfaatkan fitur TikTok Shop dan Tokopedia untuk konversi penjualan.

Di era social commerce, konten video bukan lagi pelengkap, tetapi  sudah menjadi strategi utama pemasaran digital dalam rangka memperluas cakupan potensi pasar dan penyebaran produk yang berkelanjutan.

Hal ini tentuny sejalan dengan tren nasional:

  • 72% pembeli online Indonesia menyatakan konten video meningkatkan kepercayaan mereka terhadap produk (Nielsen 2023).

  • TikTok Shop menyebutkan bahwa lebih dari 75% transaksi dipicu oleh konten video kreator, baik kreator profesional maupun UMKM yang membuat konten otentik.

  • Tokopedia mencatat bahwa UMKM yang menggunakan konten video mengalami kenaikan penjualan 1,8–2,4 kali lipat dibandingkan UMKM yang mengandalkan foto statis (Tokopedia Insight 2024).

Dengan demikian, pelatihan ini memberi UMKM Banjarnegara akses pada keterampilan yang berdampak langsung terhadap penjualan.

Banjarnegara sebagai daerah yang mempunyai potensi keragaman produk lokal memiliki banyak produk unggulan seperti: gula semut organik, kerajinan bambu, kopi robusta pegunungan, carica dan produk olahan hortikultura, dan batik khas Gumelem.

Selama ini, sebagian besar produk tersebut hanya dijual secara lokal. Tetapi setelah banyak UMKM mulai memanfaatkan platform digital, pola penjualan berubah. Data Tokopedia tahun 2024 menunjukkan bahwa UMKM kabupaten yang aktif menggunakan fitur video mengalami peningkatan jangkauan pasar hingga 5 provinsi baru dalam tiga bulan pertama.

Dengan pelatihan ini, Banjarnegara berpotensi mengikuti jejak daerah-daerah lain—seperti Banyuwangi dan Kulon Progo—yang berhasil meningkatkan kelas UMKM melalui digitalisasi dan konten kreator.

Digitalisasi UMKM Indonesia menghadapi tiga hambatan terbesar (Kominfo, 2024): Literasi digital dimana dalam hal ini termasuk kemampuan membuat konten, Keterbatasan dalam pemenuhan

Digitalisasi UMKM Indonesia menghadapi tiga hambatan terbesar (Kominfo, 2024):Literasi digital, termasuk kemampuan membuat konten, Keterbatasan perangkat atau akses internet berkualitas, dan Minimnya pendampingan jangka panjang.

Creators Lab menjawab hambatan pertama dan sebagian dari hambatan ketiga. Namun agar transformasi ini berkelanjutan, perlu langkah lanjutan dari pemerintah daerah, seperti: membangun hub kreator desa, menyediakan ruang studio mini untuk UMKM, pendampingan lanjutan bersama komunitas digital lokal, kolaborasi antara dinas koperasi, pariwisata, dan ekonomi kreatif.

Sehingga berdasarkan kondiis tersebut, UMKM tidak hanya membutuhkan pelatihan, tetapi ekosistem pendukung, akses internet berkualitas, dan memberikan kesempatan untuk melakukan pendampingan jangka panjang.

Creators Lab menjawab hambatan pertama dan sebagian dari hambatan ketiga. Namun agar transformasi ini berkelanjutan, perlu langkah lanjutan dari pemerintah daerah, seperti: membangun hub kreator desa, menyediakan ruang studio mini untuk UMKM, pendampingan lanjutan bersama komunitas digital lokal,, dan kolaborasi antara dinas koperasi, pariwisata, dan ekonomi kreatif.

Sehingga berdasarkan kondisi tersebut sejatinya UMKM tidak hanya membutuhkan pelatihan, tetapi ekosistem pendukung untuk menumbuhkan usaha/bisnisnya secara proper dan berkelanjutan.

Pada kegiatan tersebut, Tokopedia dan TikTok Shop juga menyerahkan donasi bagi korban bencana di Banjarnegara. Kabupaten ini memang termasuk wilayah rawan longsor dan banjir bandang, terutama saat musim hujan. Bantuan ini memberi makna sosial penting: bahwa keberadaan platform digital tidak boleh berdiri di menara gading, tetapi perlu terhubung dengan realitas masyarakat di daerah—baik dalam ekonomi maupun kemanusiaan.

Jika 200 UMKM yang dilatih mampu mengembangkan konten video secara konsisten dan meningkatkan omzet, Banjarnegara bisa menjadi role model transformasi UMKM berbasis creator economy.

Tren ekonomi kreator sendiri sedang naik pesat dengan faktor-fak tor pendukung antara lain Indonesia memilikiberdasarkan faktor-faktro: lebih dari 8 juta kreator digital (Google SEA, 2024), suumbangan ekonomi kreatif mencapai 7,38% PDB dan terus meningkat (Bekraf, 2024), dan UMKM yang menjadi kreator digital memiliki pertumbuhan pendapatan rata-rata 30–50% lebih tinggi.

Ini menunjukkan bahwa program seperti Creators Lab bukan sekadar pelatihan, tetapi bagian dari revolusi ekonomi baru: menggabungkan UMKM dengan creator economy.

Di tengah kesenjangan digital nasional, langkah Tokopedia dan TikTok Shop di Banjarnegara menghadirkan optimisme baru. Program ini menunjukkan bahwa: UMKM desa punya potensi besar untuk naik kelas, konten video adalah bahasa pemasaran paling efektif saat ini, dan kolaborasi antara platform digital dan pemerintah daerah akan menentukan masa depan inklusi digital Indonesia.

Jika narasi ini berlanjut dan diikuti pendampingan berkelanjutan, maka Banjarnegara bisa menjadi contoh bagaimana sebuah kabupaten membangun kekuatan ekonomi baru melalui kreativitas, kolaborasi, dan teknologi.

Dari desa-desa di Banjarnegara, cerita tentang kebangkitan UMKM digital Indonesia resmi dimulai.

Follow WhatsApp Channel Desamerdeka.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow
Artikel ini telah dibaca 16 kali

badge-check

Jurnalis

Tinggalkan Balasan

Baca Lainnya

Ketika Para Menteri Gagal Memahami KDMP dan AstaCita: Janji Prabowo Rp 5 Miliar per Desa Terancam Menjadi Janji Kosong

6 Desember 2025 - 14:06 WIB

SEB 3 Menteri Gerus Kedaulatan Desa dan Asta Cita

6 Desember 2025 - 13:16 WIB

Menuju Pemilih Rasional: Kunci Memilih Wali Nagari Kompeten

6 Desember 2025 - 12:14 WIB

Penundaan Dana Desa 2025: Ujian Transparansi dan Tata Kelola Negara

5 Desember 2025 - 07:58 WIB

PLN Gelontorkan Rp 3,6 Triliun untuk Sambungkan Listrik ke 5.700 Desa

28 November 2025 - 14:11 WIB

Menguji Efektivitas Dana Desa: Antara Koperasi Desa Merah Putih dan Risiko Lama yang Belum Tuntas

27 November 2025 - 14:13 WIB

Trending di OPINI