Semarang, Jawa Tengah [DESA MERDEKA] – Bisnis pertanian alpukat di desa Kebondalem, Kecamatan jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, menunjukkan potensi profit yang menjanjikan, didukung oleh inovasi budidaya dan tingginya permintaan pasar. Suryudin, seorang petani lokal yang disebut sebagai “dudulan Alpokat”, sukses mengelola puluhan ribu bibit alpukat unggul, menarik perhatian pengusaha dari kota besar yang tertarik berinvestasi di sektor ini.
Pada 26 Oktober 2025, Suryudin mengungkapkan bahwa ia memiliki stok bibit alpukat di lahan persemaiannya mencapai lebih dari 5.000, bahkan mendekati 10.000 bibit. Usaha yang dirintis sejak 2011 ini terus memproduksi bibit secara kontinu, dibantu oleh tiga orang pekerja. Konsistensi produksi ini menjadi kunci dalam memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.
Strategi Organik dan Efisiensi Perawatan
Salah satu kunci sukses budidaya Suryudin terletak pada manajemen perawatan yang efisien dan penggunaan pupuk organik. Ia menggunakan pupuk kandang kambing sebagai media tanam utama. Meskipun sedikit menggunakan bahan kimia hanya untuk penyemprotan insektisida daun, media tanamnya didominasi bahan organik.
Untuk mengatasi tantangan musim kemarau dan menjaga kesuburan tanaman, Suridin menerapkan metode pemupukan dan penyiraman yang inovatif. Ia memanfaatkan kolam air berdiameter dua meter yang diisi air dan tiga karung kotoran kambing.
“Aku kasih air sama pupuk kandang. Tiga karunglah. Itu setelah kelihatan hitam banget kayak kopi, nanti tak kocor-kocorin satu persatu. Itu sudah plus mupuk,” jelasnya. Pupuk cair alami ini hanya didiamkan selama satu minggu sebelum digunakan, berfungsi ganda sebagai penyiram sekaligus pemupuk, menunjukkan efisiensi luar biasa dalam perawatan ribuan bibit.
Minat Investasi Pengusaha Kota
Potensi keuntungan dari budidaya alpukat unggul ini telah menarik minat investor dari luar daerah. Ibu Dewi, seorang pengusaha toko besi dari Semarang, datang langsung ke Kalibening untuk membeli bibit alpukat unggul. Ia berencana menanam alpukat di lahan seluas 300 meter persegi di Bukit Sari.
Ibu Dewi mengaku terdorong oleh cerita konsumennya yang telah sukses menanam alpukat, di mana satu pohon bisa menghasilkan hingga 30 kilogram buah. “Saya kepengin ngembangkan ini, mau nyoba dulu untuk lahan 300 meter,” ujarnya. Ibu Dewi bahkan menunjukkan ketertarikannya untuk berinvestasi lahan yang lebih luas di desa jika uji coba tanamnya sukses.
Sementara itu, Ibu Rohati, seorang pedagang dan penebas buah dari Limbangan, menjelaskan bahwa alpukat semakin diminati karena memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan durian, terutama terkait kualitas rasa yang tidak menentu. Ketertarikan para pedagang dan pengusaha kota ini menegaskan bahwa bisnis alpukat unggul bukan hanya menguntungkan petani lokal, tetapi juga membuka peluang investasi lahan dan menggerakkan roda perekonomian desa.
Bagi yang berminat, bibit Alpukat ini bisa dipesan ya.




















Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.