Menu

Mode Gelap
11 Desa di PALI Terendam Banjir, Polisi Siaga Evakuasi dan Koordinasi Bantuan Program Sejahtera dari Desa Lombok Barat: Bukan Bagi Uang, Tapi Pengembangan Potensi Desa Mobil Siaga Desa Bermasalah, Bupati Situbondo Tegas Lakukan Pembinaan Pemilihan PAW Kades Sekara Ricuh, Warga Tuding Ada Intervensi dan Nepotisme Dana Desa Aceh Singkil 2025 Tertunda, Ini Penyebabnya

DESA · 26 Feb 2025 05:15 WIB ·

Akademisi IPB: Pembangunan Desa dan Pesisir Butuh Kader Pendamping


					<em>Tangkapan layar SKPM IPB TV, dalam acara Bedah Buku- Perubahan Sosial & Masa Depan Nelayan Indonesia</em> Perbesar

Tangkapan layar SKPM IPB TV, dalam acara Bedah Buku- Perubahan Sosial & Masa Depan Nelayan Indonesia

Jakarta [DESA MERDEKA] – Pembangunan desa dan komunitas pesisir di Indonesia dinilai belum berjalan maksimal tanpa adanya dukungan dari kader pembangunan atau tenaga pendamping yang kompeten. Hal ini diungkapkan oleh Ivanovich Agusta, dosen Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM) Institut Pertanian Bogor (IPB), dalam sebuah diskusi buku di Jakarta, Selasa (25/2/2025).

Menurut Ivanovich, kader pembangunan atau tenaga pendamping memiliki peran penting dalam menghubungkan antara kebijakan tingkat makro dengan realitas di tingkat mikro, atau yang dikenal dengan pendekatan teori meso. Pendekatan ini menekankan bahwa pembangunan tidak hanya berorientasi pada kebijakan nasional yang seragam, tetapi juga harus mempertimbangkan dinamika sosial yang terjadi di tingkat komunitas.

“Kalau teori itu benar di level meso, di komunitasnya sendiri, maka yang paling tepat kalau kita ingin membangun desa itu pasti selalu butuh kader, selalu butuh pendamping, atau manajer pengembangan komunitas di setiap level,” ujar Ivanovich.

Lebih lanjut, Ivanovich menjelaskan bahwa kader pembangunan atau tenaga pendamping ini berperan dalam mendiagnosis masalah yang dihadapi oleh komunitas, mencari solusi yang tepat, serta menjaga motivasi masyarakat dalam menyelesaikan persoalan sosial yang ada.

Selain pentingnya peran pendamping, Ivanovich juga menyoroti pentingnya jaringan sosial yang luas dalam perubahan sosial. Menurutnya, gerakan sosial dari kelompok nelayan atau petani tidak bisa berjalan sendiri, tetapi membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk golongan menengah dan atas.

“Gerakan sosial itu bisa membuat nelayan berdemo di Jakarta. Tapi yang lebih penting, mereka harus punya jaringan yang bisa sampai ke level menteri, bahkan bisa beraudiensi dengan presiden,” kata Ivanovich.

Ia menambahkan bahwa perjuangan kelompok masyarakat bawah tidak akan efektif jika tidak memiliki akses komunikasi dengan pihak yang lebih berpengaruh. Oleh karena itu, penting bagi kelompok masyarakat bawah untuk membangun jaringan yang luas agar aspirasi mereka dapat didengar dan diperjuangkan.

Diskusi buku yang dihadiri oleh Ivanovich ini membahas buku berjudul “Perubahan Sosial dan Masa Depan Nelayan Indonesia” karya Rilus A. Kinseng, dosen SKPM IPB. Buku ini menyoroti berbagai permasalahan yang dihadapi oleh nelayan di Indonesia dan menawarkan solusi melalui pendekatan pembangunan yang berbasis pada teori meso dan pemberdayaan komunitas.

Follow WhatsApp Channel Desamerdeka.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow
Artikel ini telah dibaca 4 kali

badge-check

Jurnalis

Tinggalkan Balasan

Baca Lainnya

TP-PKK Desa Santur Bagikan 150 Takjil Gratis, Tebar Berkah Ramadan di Tugu Adipura

15 Maret 2025 - 20:20 WIB

Babinsa Dampingi Panen Padi 10 Hektare di Desa Rejeni, Wujud Dukungan Ketahanan Pangan

15 Maret 2025 - 18:26 WIB

Pencairan BLT Dana Desa Pamekasan Terhambat, Ini Penyebabnya

15 Maret 2025 - 16:02 WIB

20 Desa di Lombok Timur Terima Dana Desa Terbesar 2025, Pringgabaya Tertinggi

15 Maret 2025 - 15:15 WIB

Buka Bersama Desa Karanganyar: Pererat Silaturahmi, Bahas Ketahanan Pangan Nasional

15 Maret 2025 - 12:14 WIB

Gotong Royong Warga Basoka, Jalan Pertanian Kini Bisa Dilalui Mobil Pikap

15 Maret 2025 - 05:56 WIB

Trending di DESA